Langsung ke konten utama

HARIAN AQUA (Vol. 5): UDANG DAN LOBSTER, BERBEDA TETAP SATU KELUARGA

Udang dan Lobster, Berbeda Tetap Satu Keluarga

pexels.com

Malang, LPM AQUA-Senin (31/01/2022) Indonesia dengan letak geografisnya membuatnya terkenal dengan negara maritime dengan sumber daya alam laut yang kaya terutama dalam sektor perikanan. Udang dan lobster merupakan komoditas yang dibudidayakan dalam sektor perikanan Indonesia. Kedua biota tersebut masuk ke dalam famili crustacea, memiliki tubuh bersegmen dan kepala nya terdapat antenna. Jika dilihat secara sekilas udang dan lobster hampir terlihat mirip walaupun untuk ukuran badan lobster lebih besar.

Terdapat eksoskeleton atau dikenal dengan kerangka luar yang menutup bagian kaki udang dan juga lobster. Selain itu terdapat lima decapoda atau pasang kaki pada udang dan juga lobster. Udang memiliki kaki yang lebih kecil dan tipis dibanding lobster, namun lobster memliki eksoskeleton yang lebih keras dan tebal.

Pergerakan udang dan lobster juga berbeda. Lobster cenderung bergerak di dalam dasar perairan, sedangkan udang lebih sering berenang dalam perairan daripada berjalan di dasar perairan dan cenderung hanya bertengger saja. Udang bergerak dibantu dengan struktur tubuhnya terutama bagian perut dan juga kaki halusnya. Ekor udang dan lobster juga membantu pergerakan dengan cepat guna meghindari mangsa dengan cara menekuk ekor dan menghempaskannya. Hal tersebut disebut dengan caridoid escape reaction.

Udang lebih aktif berenang pada malam hari dibandingkan dengan lobster untuk itu udang lebih banyak membutuhkan oksigen daripada lobster.

Budidaya lobster membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan udang. Lobster memiliki siklus budidaya selama sepuluh bulan bahkan dapat mencapai lima dan delapan tahun untuk mencapai ukuran besar, dibandingkan dengan udang yang mempunyai siklus budidaya enam bulan.

Tingkah laku kanibalisme pada crustacea dapat menjadi faktor pembatas dalam proses budiaya. Tingkat agresif kanibalisme ini lebih tinggi ditemukan pada lobster dibandingkan dengan udang.

Lobster dan udang termasuk ke dalam komoditas sektor perikanan Indonesia. Walaupun masih satu keluarga yaitu famili custacea, terdapat beberapa perbedaan mulai dari pergerakan hingga pembudidayaan (anw).



Sumber : https://nanobubble.id/blog/perbedaan-udang-dan-lobster

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: PERTEMUAN DUA HATI

PERTEMUAN DUA HATI (Sumber: bukabuku.com) A.                Identitas Buku a)                  Judul Buku                  : Pertemuan Dua Hati b)                  Pengarang                   : Nh. Dini c)                   Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Jakarta d)                  Tahun Terbit  ...

CERPEN: Pelangi Dibawah Langit Basah

  Pelangi Dibawah Langit Basah        Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Langit. Ia adalah seorang pelukis yang menghabiskan sebagian besar waktunya di tepi sungai, menciptakan lukisan-lukisan indah yang terinspirasi dari alam sekitarnya. Namun, meski hidup dikelilingi keindahan, hatinya terasa sepi. Suatu sore, saat langit mulai gelap, Langit melihat seorang gadis duduk di tepi sungai. Gadis itu bernama Senja pendatang baru di desa itu. Dengan rambut panjang yang tergerai dan mata yang bersinar, Senja tampak terpesona oleh keindahan alam di sekelilingnya. Langit merasa tertarik dan, tanpa ragu, ia mendekatinya. "Hai, aku Langit. Apa yang kamu lukis?" tanyanya sambil melihat sketsa di tangan Senja.  Senja tersenyum. "Aku sedang mencoba menggambar pemandangan ini, tapi rasanya sulit. Kamu seorang pelukis?"  Langit mengangguk. "Aku lebih suka melukis lanskap. Mari aku tunjukkan beberapa teknik."  ...