Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Ir. Purnomo, Sosok Di Balik Vannamei Air Tawar Skala Rumah Tangga Pertama di Gresik

LPM AQUA- Perjalanan panjang telah dilalui hingga meraih kesuksesan yang sekarang, seolah membuktikan pepatah hasil tak akan pernah menghianati proses. Dialah Ir. Purnomo, salah satu alumnus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Dibesarkan dari keluarga yang sederhana, semangat dan integritas kerja menjadi prinsip hidupnya. Tak bisa diam, itulah kesan pertama yang kami tangkap ketika berkunjung ke rumah singgah beliau di Gresik.    Sedikit bercerita selama di bangku kuliah, beliau aktif berorganisasi dengan tidak meninggalkan tuntutan akademiknya, tamparan halus bagi mahasiswa sekarang yang selalu berada di salah satu sisi saja. Gelar mahasiswa berprestasi (Mawapres) pernah berada digenggamannya.    Setelah mendapatkan gelar Sarjana, tepatnya pada tahun 1988, Ir. Purnomo sempat ditawari merintis karir menjadi dosen, beliau malah menolaknya dan memutuskan untuk mulai bekerja sebagai karyawan di salah satu Usaha Dagang (UD) Budijaya yang bergerak di bidang

Vannamei Air Tawar, Alternatif Cerdas Budidaya Vannamei

   Udang merupakan salah satu komoditas ekspor yang diunggulkan untuk menambah devisa Negara. Permintaan udang di pasar dunia diprediksi akan terus meningkat, terutama di beberapa Negara maju yang masyarakatnya sudah menerapkan pola hidup sehat. Kriteria gizi dari udang yang tinggi protein dan rendah kolesterol menjadi pertimbangan utama selain rasanya yang gurih. Inilah yang harus dijadikan peluang bagi Indonesia sebagai Negara eksportir udang terbesar di dunia. Hal ini tentu berdasarkan fakta yang ada bahwa Indonesia  mempunyai  luas wilayah  serta  adanya  sumber  daya  alam  yang mendukung  untuk  dapat  mengembangkan  usaha budidaya  udang.    Petambak udang kita sempat berjaya di masa lalu dengan udang asli Indonesia yakni udang windu ( Penaeus monodon ). Akan tetapi udang jenis ini rentan terhadap penyakit udang misalnya white spot . Hal ini diperparah dengan masuknya udang vaname yang didatangkan dari Amerika Latin. Alhasil sinar dari udang windu kian meredup.    Udang

Sudah Saatnya Nelayan Beralih ke Perikanan Budidaya

   Permintaa n  pasar   terhadap ikan akan cenderung   menunjukkan  tren positif seiring  kesadaran masyarakat  tentang  nilai  gizi yang terkandung dalam daging ikan . Ikan adalah alternatif cerdas sebagai pengganti daging sapi yang semakin mahal.    Selain ekonomis, kandungan gizi dalam daging ikan tidak bisa dikatakan remeh. Dikutip dari situs pertanian.magelangkota.go.id, ikan mengandung 18% protein terdiri dariasam-asam amino esensial yang tidak rusak pada waktu pemasakan. Kandungan lemaknya 1-20% lemak yang mudah dicerna serta langsung dapat digunakan oleh jaringan tubuh. Kandungan lemaknya sebagian besar adalah asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan dapat menurunkan kolesterol darah.    Akan tetapi permasalahan baru muncul bagaikan dua sisi koin uang. Menurut teori ekonomi “Kebutuhan manusia tidak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhan tersebut terbatas”. Hal ini berakibat eksploitasi berlebihan ikan di laut yang mengakibatkan stok ikan di l

Kembalikan Pada Kami Arti Tri Dharma Perguruan Tinggi

   Dunia pendidikan perguruan tinggi akan selalu kental dengan aktivitas keintelektualan. Hal ini tentu berdasar dengan apa yang dibebankan terhadapnya bahwa perguruan tinggi adalah pencetak para penerus bangsa yang berkualitas dan bernalar kritis.    Menyoal dunia pendidikan terutama di perguruan tinggi, yang hingga sekarang masih menjadi persoalan adalah hilangnya tanggung jawab agung yang tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat dirasa hanya menjadi hafalan tugas ospek mahasiswa baru. Masyarakat akan berakhir sebagai pemimpi belaka jika mahasiswa yang diharapkan perannya belum bisa menerjemahkan makna Tri Dharma Perguruan Tinggi.    Persoalan perguruan tinggi yang mulai terindustrialisasi sempat dimuat dalam opini kompas yang ditulis oleh Budiawan, salah satu dosen UGM Yogyakarta. Perguruan Tinggi mulai berorientasi pada tuntutan bisnis (ekonomi), bahkan sistem yang dianutnya pun sudah melunturkan substansi Tri Dhar