Langsung ke konten utama

HARIAN AQUA (Vol.3): MENGENAL POTENSI PERIKANAN PESISIR KABUPATEN BANYUWANGI

MENGENAL POTENSI PERIKANAN PESISIR KABUPATEN BANYUWANGI

Mitchell Luo-pexels.com

 

Malang, LPM AQUA-Senin (17/01/2022) Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi perikanan yang meliputi penagkapan dan budidaya. Potensi penangkapannya meliputi selat Bali yang luasnya ± 960 mil² dengan pusat pendaratan ikan di Muncar, Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Blimbingsari, Rogojampi, Tegaldlimo, serta samudra Indonesia yang meliputi Kecamatan Purwoharjo dan Kecamatan Pesanggaran dengan dominasi ikan pelagis besar, seperti tuna, cakalang, lemadang, dan seterusnya.

Untuk membantu para nelayan mendaratkan ikan dan pemasarannya, pemerintah telah menyediakan sarana dan prasarana berupa Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Demikian pula terdapat potensi pantai sepanjang 175,8 Km yang merupakan lahan potensial bagi budidaya air payau/tambak. Pengolahan dan pemasaran hasil perikanan juga menjadi potensi perikanan yang berkembang di wilayah Kabupaten Banyuwangi saat ini.

Selain potensi perikanan tangkap, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, potensi budidaya yang ada di Kabupaten Banyuwangi juga cukup besar yaitu budidaya laut dengan komoditas udang lobster, kerapu dan kerang mutiara. Budidaya air payau dengan komoditas hasil budidayanya yang berupa udang vanamei, kerapu, kakap, bandeng, kepiting dan lain-lain. Budidaya air tawarnya meliputi komoditas lele, koi tombro, tawes dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan benih ikan air tawar juga terdapat Balai Benih Ikan yaitu BBI Kabat dan BBI Genteng.

Banyuwangi memang dikenal dengan hasil tangkapan ikan lemurunya, namun selama kurun waktu 5 tahun ke belakang ikan lemuru sudah tidak menjadi hasil tangkapan dominan. Hal tersebut dikarenakan populasi ikan lemuru yang ada di Kabupaten Banyuwangi sudah berkurang. Saat ini hasil tangkapan perikanan di Kabupaten Banyuwangi lebih diperbanyak lagi dari jenis pelagis kecil seperti ikan tongkol, ikan lemuru, dan ikan layang.

Adanya penurunan hasil tangkapan ikan lemuru yang ada di Kabupaten Banyuwangi berdampak pada tidak dapat terpenuhinya permintaan konsumen. Dampak tersebut juga dirasakan oleh beberapa pabrik pengolahan ikan sarden yang ada di Kabupaten Banyuwangi yang akhirnya memutuskan untuk melakukan import ikan lemuru dari India, China dan Taiwan untuk memenuhi bahan baku olahan ikan sarden.

Tipe perairan pesisir selatan Kab. Banyuwangi sejatinya sama saja seperti tipe perairan pesisir selatan Jawa Timur lainnya. Penangkapan ikan yang ada di pesisir selatan Kabupaten Banyuwangi tak jauh beda dengan yang ada di Sendang Biru dan Prigi. Nelayan Kabupaten Banyuwangi yang menggunakan rumpon kebanyakan menggunakan kapal dengan ukuran 12-15 GT. Hal tersebut mengakibatkan peletakan rumpon oleh nelayan Kab. Banyuwangi tidak terlalu jauh (maksimal 50 mil). Sejauh ini hasil tangkapan yang dicari oleh nelayan rumpon difokuskan pada ikan pelagis besar.

Penangkapan ikan lemuru yang ada di perairan Kabupaten Banyuwangi menggunakan armada yang berasal dari daerah Muncar, bukan berasal dari Kecamatan Pesanggrahan dan Purwoharjo. Hal tersebut disebabkan dalam proses penangkapan ikan lemuru, digunakan alat penangkapan berupa purse seine yang mana armada dengan alat penangkapan ikan tersebut banyak terdapat di daerah Muncar. Area penangkapan ikan lemuru sendiri terdapat di Selat Bali, Laut Jawa dan di Timur Pulau Bali.

“Armadanya dari armada Muncar, armada purse seine Muncar. Jadi tidak asli di Kecamatan Pesanggaran dan Purwoharjo, jadi armadanya armada milik orang muncar karena memang armada purse seine ini banyaknya, domisilinya di Muncar,”

“Area tangkapnya biasanya memang di Selat Bali, kemudian di Laut Jawa di atas Bali, dan di Timur Pulau Bali. Namun, beberapa tahun ini ada yang sampai penangkapan di wilayah samudera, di daerah Kecamatan Pesanggaran,” jelas Pak Edy Widiantoro selaku Kepala Seksi Fungsional Pengawas Perikanan.

Saat ini pihak Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi masih belum mengetahui status lanjutan dari proses penangkapan ikan di Kabupaten Banyuwangi, apakah masih mengalami overfishing atau tidak. Hal tersebut disebabkan belum dilakukannya penelitian lagi untuk kasus tersebut. Di samping itu, masih banyak nelayan Kabupaten Banyuwangi yang memiliki pemikiran untuk membuat kapal sebanyak mungkin untuk digunakan selama musim ikan.

Pemikiran tersebut dapat menjadi salah satu faktor dapat terjadinya overfishing, sebab para nelayan akan menangkap ikan yang ada sebanyak yang mereka mampu atau bahkan dilebihkan. Dampak negatifnya, apabila saat musim ikan berlangsung dan ternyata stok ikan tangkapan yang ada di lautan berkurang, akan berdampak pada nelayan pemilik kapal. Nelayan akan mengalami kerugian sebab biaya yang dikeluarkan untuk modal membuat kapal dan mempersiapkan kebutuhan untuk menunjang proses penangkapan, tidak sebanding dengan hasil tangkapan yang diperoleh.

Jumlah armada yang ada di Kabupaten Banyuwangi sebelumnya pernah mencapai angka 175 armada. Lambat laun, dikarenakan stok ikan lemuru yang menurun, jumlah armada purse seine yang ada di Kabupaten Banyuwangi juga mengalami penurunan yaitu ±45 armada dari 175 armada yang ada. Penurunan jumlah armada tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebangkrutan dan kerugian yang dialami oleh nelayan dan lain-lain. Namun, untuk armada-armada kecil seperti kapal yang berukuran di bawah 5 GT, masih banyak beroperasi sebab resiko ekonomi yang ditanggung lebih kecil daripada nelayan pemilik kapal dengan ukuran di atas 5 GT seperti purse seine.

Dibalik dampak negatif yang dirasakan oleh nelayan maupun pihak masyarakat Kabupaten Banyuwangi terdapat dampak positif yang dapat diambil. Dengan berkurangnya armada yang ada di Kabupaten Banyuwangi diharapkan produksi SDI (Sumber Daya Ikan) tidak mengalami padat penangkapan. Berkurangnya armada yang ada di Kabupaten Banyuwangi hingga mencapai angka optimal diharapkan juga dapat menaikkan tingkat SDI Kabupaten Banyuwangi.

Berhubung Kabupaten Banyuwangi memiliki fasilitas penyeberangan, Penyeberangan Ketapang, nelayan yang ingin mencari ikan di daerah tersebut tidak diperbolehkan untuk mengganggu alur kapal penyeberangan.

“Nelayan tidak boleh mengganggu alur kapal penyeberangan. Jadi memang SOP-nya sudah seperti itu. Jadi ada area yang tidak boleh nelayan itu seenaknya menangkap ikan di daerah itu, karena kan berbahaya juga untuk nelayan menangkap di alur penyeberangan.”

Dampak positifnya, terumbu karang yang ada di wilayah tersebut semakin baik serta komoditas ikannya juga semakin banyak. Hal tersebutlah yang dapat menyebabkan tingkat SDI di wilayah tersebut naik.

Program-program yang ditawarkan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi untuk menunjang nelayan dalam proses penangkapan ikan yaitu ada pelatihan pembuatan kapal fiberglass, pelatihan alat tangkap, permesinan, hibah alat tangkap dan perahu, asuransi nelayan, pendampingan kelembagaan, dan masih banyak lagi.

Pembuatan kapal fiberglass dicanangkan sebagai alternatif dari pembuatan kapal kayu. Semakin susah didapatkannya kayu sebagai bahan utama pembuatan kapal, maka Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi memberikan alternatif untuk menyediakan pelatihan pembuatan kapal fiberglass. Tentunya bahan utama dari kapal fiberglass ini merupakan fiberglass yang kemudian dibentuk hingga berwujud kapal.

Kabupaten Banyuwangi ternyata juga memiliki daerah konservasi terumbu karang atau dikenal sebagai BASRING UNDERWATER. Adanya daerah konservasi tersebut, tentunya berdampak positif terhadap habitat ikan di perairan, terutama ikan demersal.

“Saya rasa penanaman mangrove, kemudian perbaikan implantasi terumbu karang itu menjadi salah satu upaya, salah satu upaya kita untuk memperbaiki SDI. Ya, itu upaya kita selain yang paling penting juga meniadakan illegal fishing karena ini juga sangat berpengaruh dan juga kontrol jumlah armada,” jelas Pak Edy.

Pesan yang ingin terus disampaikan oleh Pak Edy Widiantoro untuk nelayan yaitu jangan pakai alat tangkap yang ilegal, ikut serta memperbaiki SDI dengan upaya apapun, ikut mencegah adanya illegal fishing, serta turut mencegah adanya perusakan habitat ikan. Sebab keberadaan ikan pastinya sangat berpengaruh terhadap adanya SDI yang bagus. Disaat tingkat SDI bagus maka komoditas ikan yang ada juga semakin bagus. Untuk mahasiswa diharapkan dapat membantu untuk melakukan penelitian tentang perkembangan status perikanan Kabupaten Banyuwangi saat ini. Selain itu, semoga mahasiswa lulusan perikanan dapat membantu dalam membangun dunia perikanan Indonesia. (dnp)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku: The 5 Levels of Leadership

  gambar: media.oiipdf.com Oleh : Mutahassin Bilhaq   Identitas Buku Judul               : The 5 Levels of Leadership Penulis            : John C. Maxwell Penerbit          : Center Street Tahun Terbit   : 2011 Halaman         : 452 halaman Kategori          : Leadership Bahasa             : Inggris Harga              : $17.66 Ringkasan "Leadership is one of my passions. So is teaching it. I’ve dedicate more than thirty years of my life to helping others learn what I know about leading. In fact, I spend about eight days every year teaching leadership. In the last several years, I’ve thought about it on six continents. The subject is inexhaustible. Why? Because everything rises and falls on leadership. If you want to make a positive impact on the world, learning to lead better will help you do it.” -hlm. 7 The 5 Levels of Leadership merupakan salah satu dari sekian banyak buku karya John C. Maxwell, beliau merupakan penulis, pembicara, dan sekaligus pakar

HARIAN AQUA (Vol. 33): HARGA BBM NAIK, APA KATA MAHASISWA?

Harga BBM Naik, Apa Kata Mahasiswa? (Sumber: garta.com) Malang, LPM AQUA -Selasa (12/09/2022), BBM atau singkatan dari bahan bakar minyak merupakan jenis bahan bakar yang dihasilkan dari suatu pengilangan ( refining) minyak mentah ( crude oil ). Minyak mentah yang berasal dari perut bumi ini diolah dalam pengilangan dahulu untuk menghasilkan suatu produk-produk minyak yang termasuk di dalamnya yaitu BBM. Pemerintah pada S abtu, 3 September 2022, resm i menaikkan harga BBM atau menghapus subsidi BBM. Berbagai tanggapan menanggapi kenaikan dari harga BBM tidak menyurutkan langkah pemerintah. Harga Solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter. Sedangkan pertamax yang non-subsidi naik di harga Rp 14.500 dari sebelumnya Rp 12.500 per liter.      (Sumber: pertamina.com) Berbagai respon pun tertuai terutama dari kalangan mahasiswa. Para mahasiswa memberikan beragam tanggapan mengenai kenaikan BBM yang terjadi di Indonesia.

RESENSI BUKU: SEIKHLAS AWAN MENCINTAI HUJAN

Seikhlas Awan Mencintai Hujan (Sumber: pustakabukubekas_pinterest.com) Malang, LPM AQUA -Jumat (25/03/2022) Buku ini mengajarkan cara bagaimana kita mengikhlaskan sesuatu yang kita sendiri tidak mau melepaskannya. Terkadang tuhan menghadirkan kehilangan bukan untuk ditangisi, tetapi untuk mengajari agar jangan terlalu dalam berharap pada seseorang. Tidak ada siapa pun yang akan sanggup kehilangan seseorang yang paling kita inginkan dalam hidup. Seseorang yang sangat kita harapkan untuk tinggal dan menua di bawah satu atap yang sama. Seseorang yang pernah kita bayangkan tentang menjalani suatu pagi dan menyambut matahari berdua bersama. Seseorang yang kepadanya ia pernah berencana membuat sepasang kursi, tempat di mana bisa duduk untuk menyaksikan langit senja. Seseorang yang kepadanya ia berjanji untuk saling menjaga hingga tutup usia.  Bagaimana bila nama yang kau sebut di sepertiga malammu bukan nama yang ingin Tuhan satukan denganmu?  Pada akhirnya, tidak ada yang mampu dilakukan se