Langsung ke konten utama

RESENSI BUKU: BUMI MANUSIA

RESENSI BUKU: BUMI MANUSIA

pinterest.com

Malang, LPM AQUA-Sabtu (22/01/2022) Bumi Manusia punya kesan mendalam khususnya buatku yang masih mahasiswa waktu itu.

Bumi Manusia-lah yang mengenalkanku pada dunia sastra Indonesia.

Buku yang sempat dijuluki sebagai buku wajib mahasiswa ini yang  juga mengantarkanku mengenal karya karya Pram lainnya, dan juga karya sastra penulis Indonesia setelahnya.

Pada awalnya membaca buku ini memang terasa sedikit berat. Bahasa baku yang digunakan Pram agaknya lebih susah diterima anak jaman sekarang.

Namun, lebih daripada itu, Pram berhasil menyedot perhatianku hingga lembar terakhir. Membawaku menyusuri kisah hidup Minke, si anak pribumi yang mencoba melawan kenyataan.

Minke memang menarik menjadi tokoh utama. Karakternya yang dibangun kuat berhasil membawa perasaan pembaca ikut berdebar debar mengikuti arah pikirannya.

Namun, ada satu tokoh lain yang mencuri perhatianku. Nyai Ontosoroh.

Jujur, karakter perempuan Jawa dalam pandangan stereotip yang saat ini terbentuk bukan seperti itu. Tapi Nyai Ontosoroh berhasil membuka pandanganku pada wanita Jawa yang berkharisma.

Pram dengan jelas menggambarkan sosoknya berikut dengan gestur tubuhnya saat berbicara. Membuatku bisa membayangkan bagaimana elegannya wanita Jawa itu saat berbicara.

Buku Bumi Manusia adalah salah satu mahakarya Pram yang ditulisnya di Pulau Buru.

Bumi Manusia adalah buku yang pertama, yang kemudian akan dilanjutkan buku keduanya dengan judul Anak Semua Bangsa. Kemudian dilanjutkan dengan Jejak Langkah dan Rumah Kaca sebagai buku yang terakhir.

Rangkaian buku bertajuk Tetralogi Pulau Buru ini tidak boleh dilewatkan. Khususnya buat Mahasiswa saat ini.

Cerita yang disampaikan Pram tak akan lekang oleh waktu. Walaupun berlatar masa lalu. Tapi buku ini tetap relate dibaca di segala jaman.

Selamat Membaca! (g)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: PERTEMUAN DUA HATI

PERTEMUAN DUA HATI (Sumber: bukabuku.com) A.                Identitas Buku a)                  Judul Buku                  : Pertemuan Dua Hati b)                  Pengarang                   : Nh. Dini c)                   Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Jakarta d)                  Tahun Terbit  ...

CERPEN: BUNGA YANG TERINJAK

  Bunga yang Terinjak (karya: Najla Kamiliya Gunawan ) (sumber: pinterest) Jam berdetak dengan keras mengikuti irama jantung. Dalam lorong yang gelap, beberapa wanita duduk dengan penuh ketegangan. Mereka duduk berjejer di lorong, tatapan yang penuh kecemasan saling bertaut dalam keheningan yang mencekam. Udara terasa beku, seolah lorong itu menjadi panggung bagi pertunjukan ketidakpastian. Setiap napas terasa berat, seakan-akan mereka menanti waktu yang akan mengguncang fondasi kehidupan mereka.  Dahinya basah berkeringat meskipun udara malam dingin menusuk panca indra. Dengan susah payah, ia kembali menelan salivanya. Bola matanya bergetar memancarkan ketakutan tatkala memandang kejadian mengerikan itu dari balik tirai, hatinya berdebar-debar di tengah ketakutan. Kegelapan malam menyaksikan bayangan-bayangan kekerasan, dan ia merasa terjebak dalam dunia gelap yang tak bisa diubah. Ia sontak menundukkan pandangannya, membiarkan rambutnya menutupi wajahnya, karena tak...