Kesenjangan Sosial di Masa Pandemi
Malang, LPM AQUA-Rabu (05/01/2022) Pandemi Covid-19 menyebabkan
kesenjangan sosial semakin melebar di seluruh dunia. Para konglomerat seperti
Jeff Bezos dan Elon Musk semakin kaya, sedangkan banyak masyarakat miskin yang
semakin miskin. Di Indonesia sendiri, lembaga keuangan Credit Suisse melaporkan
jumlah penduduk yang memiliki kekayaan bersih 1 juta dollar AS atau lebih
mencapai 171.740 orang pada tahun 2020. Angka tersebut naik 61,69% persen dari
tahun sebelumnya yakni 106.215 orang. Lalu, bagaimana dengan angka kemiskinan?
Badan Pusat Statistika (BPS) mencatat angka kemiskinan di Indonesia pada bulan
September 2020 bertambah 2,76 juta orang menjadi 27,55 juta. Fenomena pandemi
yang terjadi jelas membawa dampak terhadap aktivitas ekonomi dan pendapatan
penduduk.
Jika kita telusuri, penyebab utama
kesenjangan sosial yang semakin melebar di masa pandemi ini adalah ketimpangan
pengetahuan dan keberanian. Ketimpangan pengetahuan yang saya maksud di sini
adalah literasi keuangan. Saya cukup yakin ketika kita bertanya kepada orang
yang kurang mampu mengenai bagaimana cara mengelola keuangan dengan baik atau
apa itu capital gain dan portfolio income, mereka akan kesulitan
menjawabnya. Sebaliknya, jika kita bertanya kepada orang yang sukses, tentu
mereka punya jawabannya. Pertanyaan selanjutnya, apakah sudah cukup sampai
memiliki ilmu atau pengetahuan saja? Jawabannya tentu tidak, karena jika
seseorang punya ilmu tapi tidak berani take action, maka ilmu atau
pengetahuan yang ia miliki menjadi sia-sia, itulah ketimpangan keberanian yang
saya maksud tadi. Selama ini saya melihat orang yang sukses adalah mereka yang
berani bertindak dan berani mengambil resiko.
Lalu, adakah cara untuk mengatasi
ketimpangan pengetahuan dan keberanian ini? Jawabannya ada, ketimpangan
pengetahuan dapat diatasi dengan memberikan materi kecerdasan keuangan di
sekolah-sekolah sedini mungkin, nantinya mereka akan paham apa itu active
dan passive income, capital gain, portfolio income, dll. Selanjutnya,
ketimpangan keberanian biasanya terjadi karena seseorang tidak memiliki emosi
yang kuat untuk melakukannya. Kita ambil contoh seorang ayah yang mendapati
anaknya sedang sakit dan membutuhkan biaya Rp10 juta hari itu juga untuk biaya
perawatan, maka beliau akan mati-matian untuk mendapatkan uang tersebut hari
itu juga karena adanya emosi dan alasan yang sangat kuat putra/putri
kesayangannya harus sembuh. contoh sebaliknya, saya yakin semua orang tahu
bahwa olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan, tetapi banyak orang yang masih
malas untuk berolahraga, karena kembali ke alasan di atas tadi.
Dari sini timbul pertanyaan lagi, bagaimana agar seseorang mempunyai emosi untuk melakukan sesuatu? Salah satu cara yang dapat di lakukan yaitu memvisualisasikan apa nikmat yang akan diperoleh ketika mengerjakan hal tersebut, serta apa sengsara yang sangat dramatis jika tidak melakukan hal tersebut, ini karena otak manusia di desain untuk mencari nikmat dan menghindari sengsara. Pada akhirnya, jika seseorang memiliki kecerdasan keuangan yang dibarengi dengan keberanian dan alasan yang kuat untuk take action, maka ia akan bisa mengatur keuangan dan sumber pemasukannya dengan baik. Ketika di hadapkan dengan situasi krisis seperi sekarang, orang tersebut akan mampu bertahan dan bahkan terus bertumbuh. Sebagai penutup, melihat ketimpangan sosial yang semakin melebar ini, saya jadi teringat pada kata-kata bijak yaitu “Berubahlah sebelum kamu harus berubah.” (mb)
Komentar
Posting Komentar