Langsung ke konten utama

CERPEN: SETITIK BULAN

Setitik Bulan

         Oleh: Rara Amerea A.

Johannes Plenio_pexels.com

            Hembusan angin malam tanpa permisi menyelinap masuk ke dalam  rumah bersamaan dengan suara decitan pintu. “Ibu udah tidur dek?” tanyanya memecah lamunan seorang gadis. Sejenak ia menatap sendu sang kakak lalu menundukan kepalanya “Sampun mas.” Helaan nafas yang berat terdengar. “Mas, kasihan ibu” ucapnya menggantung. “Ibu kangen bapak.” lanjutnya pelan. Mendudukan dirinya di sebuah kursi yang reyot sang kakak bertanya “Ibu masih nungguin bapak pulang?”. Gadis yang lebih muda hanya menganggukan kepala pelan lalu bertanya “Abis dari mana mas?” Sang kakak memejamkan matanya sejenak “Biasa nyari sinyal buat ngumpulin tugas.” Gadis manis tersebut hanya menganggukan kepalanya paham.

            Keheningan mulai menyeruak di ruangan itu. “Udah lama ya mas bapak pamit melaut.” ucap gadis tersebut menerawang jauh, yang diajak bicara hanya diam. “Susah ya mas jadi kecil suka gak terlihat. Eh engga mereka aja yang buta.” lanjutnya sendu. “Sampe sekarang juga gak ada kabar.” ucap sang kakak pelan. “Apa tak lapor di tukang bakso ya mas mereka kan intel.” Mendengar hal itu yang lebih tua hanya menatap bingung sang adik. “Guyon mas guyon. Ojo spaneng ngono ta.” Ucapnya tanpa menyiratkan nada bercanda sama sekali. “Mas sampeyan mau jadi wakil rakyat ta?” lagi ucapan aneh yang berasal dari gadis itu. “Gak usah lah mas. Jadi bulan ae.” “Bulan?” sang kakak mengernyitkan alisnya bingung. “Bapak dulu suka cerita sama bulan mas, ngendikanipun bulan lebih mendengarkan gak peduli seberapa kecil kamu” ucapnya menatap tepat di iris sang kakak. Sang kakak hanya diam pikirannya berkecamuk. “Emang susah ta mas buat berlaku adil?” Suasana kembali hening mereka berdua sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing. “Aku lupa deh mas yang kecil selalu ketutupan sama yang besar.” lanjutnya pelan. “Kalau nanti mas jadi bulan semoga sinarnya terpancar ke suluruh semesta. Besok kita beli bunga buat bapak ya dek.” Ucap sang kakak bertukar tatapan lembut dengan adiknya menyalurkan rasa kepercayaan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku: The 5 Levels of Leadership

  gambar: media.oiipdf.com Oleh : Mutahassin Bilhaq   Identitas Buku Judul               : The 5 Levels of Leadership Penulis            : John C. Maxwell Penerbit          : Center Street Tahun Terbit   : 2011 Halaman         : 452 halaman Kategori          : Leadership Bahasa             : Inggris Harga              : $17.66 Ringkasan "Leadership is one of my passions. So is teaching it. I’ve dedicate more than thirty years of my life to helping others learn what I know about leading. In fact, I spend about eight days every year teaching l...

HARIAN AQUA (Vol. 33): HARGA BBM NAIK, APA KATA MAHASISWA?

Harga BBM Naik, Apa Kata Mahasiswa? (Sumber: garta.com) Malang, LPM AQUA -Selasa (12/09/2022), BBM atau singkatan dari bahan bakar minyak merupakan jenis bahan bakar yang dihasilkan dari suatu pengilangan ( refining) minyak mentah ( crude oil ). Minyak mentah yang berasal dari perut bumi ini diolah dalam pengilangan dahulu untuk menghasilkan suatu produk-produk minyak yang termasuk di dalamnya yaitu BBM. Pemerintah pada S abtu, 3 September 2022, resm i menaikkan harga BBM atau menghapus subsidi BBM. Berbagai tanggapan menanggapi kenaikan dari harga BBM tidak menyurutkan langkah pemerintah. Harga Solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter. Sedangkan pertamax yang non-subsidi naik di harga Rp 14.500 dari sebelumnya Rp 12.500 per liter.      (Sumber: pertamina.com) Berbagai respon pun tertuai terutama dari kalangan mahasiswa. Para mahasiswa memberikan beragam tanggapan mengenai kenaikan BBM yang terjadi d...

RESENSI BUKU: SEIKHLAS AWAN MENCINTAI HUJAN

Seikhlas Awan Mencintai Hujan (Sumber: pustakabukubekas_pinterest.com) Malang, LPM AQUA -Jumat (25/03/2022) Buku ini mengajarkan cara bagaimana kita mengikhlaskan sesuatu yang kita sendiri tidak mau melepaskannya. Terkadang tuhan menghadirkan kehilangan bukan untuk ditangisi, tetapi untuk mengajari agar jangan terlalu dalam berharap pada seseorang. Tidak ada siapa pun yang akan sanggup kehilangan seseorang yang paling kita inginkan dalam hidup. Seseorang yang sangat kita harapkan untuk tinggal dan menua di bawah satu atap yang sama. Seseorang yang pernah kita bayangkan tentang menjalani suatu pagi dan menyambut matahari berdua bersama. Seseorang yang kepadanya ia pernah berencana membuat sepasang kursi, tempat di mana bisa duduk untuk menyaksikan langit senja. Seseorang yang kepadanya ia berjanji untuk saling menjaga hingga tutup usia.  Bagaimana bila nama yang kau sebut di sepertiga malammu bukan nama yang ingin Tuhan satukan denganmu?  Pada akhirnya, tidak ada yang mampu dil...