Langsung ke konten utama

BERITA: DEBAT TERBUKA PEMILWA, KOLOM KOMENTAR SEMPAT DITUTUP, APAKAH TAKUT MAHASISWA TERLALU MENGKRITISI?

DEBAT TERBUKA PEMILWA, KOLOM KOMENTAR SEMPAT DITUTUP, APAKAH TAKUT MAHASISWA TERLALU MENGKRITISI?

 

Doc. LPM AQUA

Malang, LPM AQUA-Selasa (19/01/2022) Pemilwa FPIK UB, acara tahunan yang diadakan oleh pihak BEM FPIK UB yang tentunya menjadi banyak perbincangan dikalangan mahasiswa. Saat di mana para calon menunjukkan eksistensinya yang tentunya diiringi juga dengan penyampaian janji-janji manis. Janji-janji manis yang patut dipertanyakan nantinya, apakah akan terealisasikan atau hanya sekedar tipu belaka.

Debat terbuka Pemilwa FPIK UB 2021 dilaksanakan dengan dua pasangan calon presiden dan wakil presiden BEM FPIK. Berbekal visi dan misi, para paslon siap bertarung di meja debat dengan mengucapkan beragam janji-janjinya. Mulai dari pembentukan kementerian baru, kajian aksi dan strategi yang terlalu banyak, entah akan terealisasikan atau tidak.

Optimalisasi Peran BEM dalam Menjalankan Amanah Kepemimpinan untuk Mewujudkan FPIK yang Berdaya Saing, merupakan tema yang diusung dalam PEMILWA tahun ini.

Setiap pasangan calon masing-masing diberikan beberapa pertanyan yang menyinggung tema, ULTKSP, PTN-BH, pergerakan mahasiswa, MBKM, perkuliahan hybrid dan tri dharma perguruan tinggi. Dilanjutkan dengan tanya jawab antar paslon dan terakhir tanya jawab antar audiens debat dengan paslon.

Sebenarnya visi misi serta pernyataan yang disampaikan oleh kedua paslon mempunyai tujuan yang sama untuk kemajuan FPIK serta kemajuan BEM FPIK.

“Termanifestasikan Badan Ekskutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sebagai penggerak dalam berkarya untuk FPIK, Brawijaya dan untuk Indonesia,” ucap paslon nomor urut 1.

“BEM FPIK sebagai inisiator penggerak arah kolaborasi dengan standar bersinergi guna terciptanya kebermanfaatan yang nyata bagi seluruh civitas akademika Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya,” jelas paslon nomor urut 2.

Berkaitan dengan peran pers, paslon nomor urut dua mengatakan bahwa bersifat fundamental sebagai bentuk pencerdasan kepada warga FPIK. Kebebasan pers juga harus dijamin oleh fakultas dan lembaga terkait gerak bebas pers.

Berbeda dengan pernyataan paslon nomor urut satu yang mengatakan bahwa peran pers dapat memberikan informasi penting, mencerdaskan mahasiswa dalam setiap tindakan dan setiap berita yang disampaikan, serta kebebasan pers perlu untuk dikawal bersama.

Pernyataan yang disampaikan oleh kedua paslon ini, ternyata lepas dari kritik audiens.

“Jawaban sering kali bias, dan kurang terarah dan cenderung melempar topik pertanyaan awal,” ucap salah satu audien yang merasa kurang puas akan jawaban yang disampaikan oleh kedua paslon.

Kedua paslon terlihat ragu dengan jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh moderator maupun audiens. Atau mungkin kurang persiapan? Ya, kita juga tidak tahu.

Para audiens sangat antusias melontarkan berbagai kritik mengenai pernyataan yang disampaikan oleh kedua paslon dalam kolom komentar. Tidak sedikit juga audiens yang tidak mematuhi peraturan dalam kegiatan debat terbuka ini. Kejadian yang terjadi dalam kolom komentar menyebabkan PANITIA MENONAKTIFKAN KOLOM KOMENTAR untuk sementara. Apakah ini sebagai salah satu wujud takut saat mahasiswa terlalu kritis dalam acara debat terbuka ini? (dnp & tda)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH

MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH (Sumber: goodreads.com) Malang, LPM AQUA -Jumat (08/04/2022) Buku dengan judul “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” merupakan karya Alfialghazi yang sukses menarik pembaca dalam tulisannya. Buku ini mengajarkan mengenai lika-liku kehidupan dengan surga sebagai akhir. Buku ini memberikan inspirasi serta motivasi bagi mereka yang terpuruk dan mendorong seseorang untuk bangkit kembali. Tidak semua hal dalam kehidupan berjalan seperti yang kita inginkan. Ada saatnya harapan yang kita impikan serta langkah yang telah kita tuai dihentikan secara paksa. Rasa putus asa yang muncul dalam menjalani kehidupan hingga muncul keinginan untuk menyerah. Dalam buku ini dijabarkan bahwa setiap orang memiliki masalah serta kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang berbeda-beda. Selain itu, buku “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” mengajarkan untuk beristirahat ketika lelah terhadap hiruk pikuk kehidupan, semangat untuk jangan menyerah, serta semangat untuk bangkit demi menc...

ESAI: The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education

  The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education By: Mutahassin Bilhaq mentatdgt_pexels.com Malang, LPM AQUA -Wednesday (29/12/2021) Since March 2020, Indonesia has been experiencing a Covid-19 pandemic. This condition undoubtedly has a significant impact on several sectors, including education. Regulations imposed by the government, such as the wearing of masks, the keeping of a safe distance, the prohibition of gathering, and so on, have caused many agencies, including educational institutions, to implement a variety of new policies in the conduct of their activities. At the start of the pandemic, the government instructed people to study for 14 days online from home, and it turned out that this instruction was extended into the following year. When we arrive in November 2021, the world has changed dramatically. Many schools and universities throughout this country have and will continue to have limited face-to-face teaching and learning processes with stri...