Langsung ke konten utama

RESENSI BUKU: ANAK SEMUA BANGSA

ANAK SEMUA BANGSA

(Sumber: Gramedia.com)

Malang, LPM AQUA-Sabtu (29/01/2022) Anak Semua Bangsa, buku karangan Pramoedya Ananta Toer ini menjadi buku kedua dari series Tetralogi Pulau Buruh. Masih berhubungan dengan cerita dari buku yang pertama, buku ini melanjutkan kisah  perjalanan Minke sebagai tokoh utama selepas kepergian istrinya, Annelies Mellema yang pergi ke negara Van Oranje.

Disisi lain, Nyai Ontosoroh terpukul akan kepergian anak perempuan satu-satunya, kesayangannya, yang ternyata memang tidak akan pernah kembali lagi.

Buku kedua ini, Minke dan Nyai Ontosoroh lagi-lagi dihadapkan dengan persoalan yang mengharuskan keduanya untuk berurusan dengan pengadilan kulit putih. Buku ini juga menyajikan pergolakan hati Minke terhadap pandangannya kepada bangsanya sendiri.

Pandangan Minke terhadap bangsanya sendiri (pribumi, Jawa) terbuka setelah dia di cap oleh salah satu sahabatnya sebagai pribadi yang tak mengenal bangsanya sendiri. Kita akan diajak lebih mengenal bagaimana keadaan Indonesia saat penjajahan Belanda dan mulai masuknya orang-orang Jepang ke Hindia kala itu.

Puncak dari pertempuran Minke dan Nyai Ontosoroh yaitu disaat datangnya pewaris perusahaan, keturunan Tuan Herman Mellema, untuk merebut perusahaan yang selama ini dikelola oleh Nyai Ontosoroh.

Buku ini tak hanya memberikan kita pandangan akan sejarah kelam bangsa Indonesia dulu. Namun, juga mengajarkan kita bahwa persahabatan adalah bukti kekuatan yang nyata. Bersama lebih baik daripada sendiri, terutama disaat permasalahan muncul. Kita bisa melihat pada buku ini, terutama bab akhir yang memperlihatkan bagaimana suatu persahabatan itu patutnya terjadi.

Perjalanan Minke selanjutnya akan dibahas pada buku yang ketiga, berjudul Jejak Langkah.

Sampai jumpa minggu depan! Selamat membaca! (dnp)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH

MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH (Sumber: goodreads.com) Malang, LPM AQUA -Jumat (08/04/2022) Buku dengan judul “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” merupakan karya Alfialghazi yang sukses menarik pembaca dalam tulisannya. Buku ini mengajarkan mengenai lika-liku kehidupan dengan surga sebagai akhir. Buku ini memberikan inspirasi serta motivasi bagi mereka yang terpuruk dan mendorong seseorang untuk bangkit kembali. Tidak semua hal dalam kehidupan berjalan seperti yang kita inginkan. Ada saatnya harapan yang kita impikan serta langkah yang telah kita tuai dihentikan secara paksa. Rasa putus asa yang muncul dalam menjalani kehidupan hingga muncul keinginan untuk menyerah. Dalam buku ini dijabarkan bahwa setiap orang memiliki masalah serta kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang berbeda-beda. Selain itu, buku “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” mengajarkan untuk beristirahat ketika lelah terhadap hiruk pikuk kehidupan, semangat untuk jangan menyerah, serta semangat untuk bangkit demi menc...

ESAI: The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education

  The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education By: Mutahassin Bilhaq mentatdgt_pexels.com Malang, LPM AQUA -Wednesday (29/12/2021) Since March 2020, Indonesia has been experiencing a Covid-19 pandemic. This condition undoubtedly has a significant impact on several sectors, including education. Regulations imposed by the government, such as the wearing of masks, the keeping of a safe distance, the prohibition of gathering, and so on, have caused many agencies, including educational institutions, to implement a variety of new policies in the conduct of their activities. At the start of the pandemic, the government instructed people to study for 14 days online from home, and it turned out that this instruction was extended into the following year. When we arrive in November 2021, the world has changed dramatically. Many schools and universities throughout this country have and will continue to have limited face-to-face teaching and learning processes with stri...