Langsung ke konten utama

OPINI: POLEMIK PERSYARATAN GOOD LOOKING DI VOKASI UB?

 

POLEMIK PERSYARATAN GOOD LOOKING DI VOKASI UB?

Oleh: Regita Lisma Putri

 
(Sumber: Christina Morillo-Pexels.com)

Baru-baru ini sempat viral mengenai persyaratan untuk masuk ke salah satu fakultas di Universitas Brawijaya yang menyatakan harus "good looking". Hal ini menimbulkan berbagai kontroversi dari berbagai pihak. Sebenarnya persyaratan ini sudah ada sejak lama. Namun baru-baru ini, hal ini menjadi perbincangan hangat. Persyaratan ini sebenarnya tidak terlalu aneh menurut saya,  dilihat dari prospek kerjanya. Permasalahan di sini sebenarnya datang dari tanggapan-tanggapan atau perspektif dari masyarakat yang berbeda. Masyarakat beranggapan good looking disini berorientasi pada rupa. Dalam pikirannya good looking itu yang memiliki wajah cantik dan tampan, dengan tubuh yang indah. Akan tetapi sebenarnya yang dimaksud di sini good looking ialah orang yang rapi, bersih, proporsional, dan cerdas. 

Good looking itu juga bisa diartikan bagaimana cara pembawaannya saat berbicara, bagaimana bahasa tubuhnya. Selain itu, good looking bukan merupakan satu-satunya syarat untuk bisa diterima di fakultas ini. Namun, ada beberapa rangkaian yang harus dilalui, termasuk salah satu yang paling utama yaitu nilai rapor. Hal ini dapat dilihat pada pengumuman nomor 9048/UN10/TU.00/2022 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Melalui Jalur Seleksi Mandiri Program Vokasi (Diploma III) Menggunakan Nilai Rapor. Sebenarnya jika kita lihat dari sisi yang berbeda, persyaratan good looking ini bagus. 

Mengapa demikian? Karena sejak awal mahasiswa sudah terbiasa hidup rapi, bisa mengontrol cara bicaranya, bahasa tubuhnya, dan proporsionalnya. Dapat kita liat bahwa sebagain besar mahasiswa perbankan bekerja di bank. Dimana kita ketahui bahwa pekerja bank memiliki pakaian yang rapi, bersih, cerdas, berbicara dengan lugas, dan ramah. Sebenarnya persyaratan ini bisa menjadi kebiasaan bagi mahasiswa sebelum menempuh dunia pekerjaan. Mungkin untuk menghindari prespektif-prespketif yang berbeda, pihak kampus lebih menjelaskan secara detail mengenai persyaratan yang telah ditetapkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: PERTEMUAN DUA HATI

PERTEMUAN DUA HATI (Sumber: bukabuku.com) A.                Identitas Buku a)                  Judul Buku                  : Pertemuan Dua Hati b)                  Pengarang                   : Nh. Dini c)                   Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Jakarta d)                  Tahun Terbit  ...

CERPEN: Pelangi Dibawah Langit Basah

  Pelangi Dibawah Langit Basah        Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Langit. Ia adalah seorang pelukis yang menghabiskan sebagian besar waktunya di tepi sungai, menciptakan lukisan-lukisan indah yang terinspirasi dari alam sekitarnya. Namun, meski hidup dikelilingi keindahan, hatinya terasa sepi. Suatu sore, saat langit mulai gelap, Langit melihat seorang gadis duduk di tepi sungai. Gadis itu bernama Senja pendatang baru di desa itu. Dengan rambut panjang yang tergerai dan mata yang bersinar, Senja tampak terpesona oleh keindahan alam di sekelilingnya. Langit merasa tertarik dan, tanpa ragu, ia mendekatinya. "Hai, aku Langit. Apa yang kamu lukis?" tanyanya sambil melihat sketsa di tangan Senja.  Senja tersenyum. "Aku sedang mencoba menggambar pemandangan ini, tapi rasanya sulit. Kamu seorang pelukis?"  Langit mengangguk. "Aku lebih suka melukis lanskap. Mari aku tunjukkan beberapa teknik."  ...