Langsung ke konten utama

Emansipasi Wanita



 Emansipasi Wanita

Raden Ajeng Kartini (R.A Kartini), seorang pahlawan nasional karena kegigihannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan pribumi (emansipasi wanita) dalam berbagai aspek kehidupan. Upaya beliau telah mendapat apresiasi dari Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia N0. 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 sebagai pahlawan kemerdekaan nasional dan dinyatakan hari kelahiran beliau (21 April) sebagai ‘Hari Kartini’. 
source: www.google image.com
source : www. google image.com
Perjuangan Kartini dalam ketetanegaraan RI sekarang ini telah diakui, secara tegas tersurat pada pasal 27 dan 28 UUD NRI tahun 1945 dimana antara pria dan wanita memiliki hak dan kewajiban yang sama. Begitu juga dalam Sistem Pendidikan Nasional (UU N0. 20/2003) ditegaskan bahwa ‘pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjujung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa’. Sesuai Keppres No. 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964, Kartini resmi di gelari pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia. Keppres ini juga menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini.
Pada 17 September 1904, Kartini menghembuskan napas terakhir di usia 25 tahun, setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Dia salah satu wanita yang menjadi pelopor emansipasi wanita di tanah Jawa. Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan. Tidak hanya di kota-kota di Indonesia saja, melainkan di kota-kota di Belanda. Seperti Kota Utrecht, Venlo, Amsterdam, dan Harleem .WR.Supratman bahkan membuatkan lagu berjudul Ibu Kita Kartini untuk mengenang jasa-jasanya. Pemikirannya telah mendefinisikan arti emansipasi bagi rakyat Indonesia. Emansipasi menurut Kartini bukanlah feminisme ala barat. Meski ia menginginkan wanita mendapatkan kesempatan untuk tampil di berbagai bidang, ia tetap menganggap wanita sebagai pendamping suami dalam urusan rumah dan pendidikan anak. Pengaruhnya sampai sekarang masih sangat kuat. Tidak ada satupun tokoh Indonesia, yang hari kelahirannya diperingati semeriah hari Kartini (Sep/*red) .


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: PERTEMUAN DUA HATI

PERTEMUAN DUA HATI (Sumber: bukabuku.com) A.                Identitas Buku a)                  Judul Buku                  : Pertemuan Dua Hati b)                  Pengarang                   : Nh. Dini c)                   Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Jakarta d)                  Tahun Terbit  ...

CERPEN: Pelangi Dibawah Langit Basah

  Pelangi Dibawah Langit Basah        Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Langit. Ia adalah seorang pelukis yang menghabiskan sebagian besar waktunya di tepi sungai, menciptakan lukisan-lukisan indah yang terinspirasi dari alam sekitarnya. Namun, meski hidup dikelilingi keindahan, hatinya terasa sepi. Suatu sore, saat langit mulai gelap, Langit melihat seorang gadis duduk di tepi sungai. Gadis itu bernama Senja pendatang baru di desa itu. Dengan rambut panjang yang tergerai dan mata yang bersinar, Senja tampak terpesona oleh keindahan alam di sekelilingnya. Langit merasa tertarik dan, tanpa ragu, ia mendekatinya. "Hai, aku Langit. Apa yang kamu lukis?" tanyanya sambil melihat sketsa di tangan Senja.  Senja tersenyum. "Aku sedang mencoba menggambar pemandangan ini, tapi rasanya sulit. Kamu seorang pelukis?"  Langit mengangguk. "Aku lebih suka melukis lanskap. Mari aku tunjukkan beberapa teknik."  ...