Langsung ke konten utama

Sejarah dan Visi Misi LPM AQUA

Sejarah Lembaga

AQUA adalah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) di lingkungan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPiK-UB). Didirikan pada tanggal 17 April 1983 yang saat itu masih menjadi Majalah AQUA dan berada dibawah Senat Mahasiswa (sekarang Badan Eksekutif Mahasiswa). Namun sejak tahun 1998 AQUA berdiri sendiri sebagai lembaga pers mahasiswa yang independen lepas dari Senat Mahasiswa. Sejak berdiri 25 tahun yang lalu, LPM AQUA tetap eksis dan konsisten berkecimpung di bidang jurnalistik sampai saat ini. Obyektif, Independen, dan Familier adalah asas kami dalam menjalankan roda organisasi. Selain itu LPM AQUA mempunyai motto Sapere Aude yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Berani Berfikir Sendiri”. Fungsi dari lembaga kami sebagai pemberi informasi baik dunia perikanan ataupun umum, eduksi, hiburan dan kontrol sosial.

Visi dan Misi LPM AQUA
Visi:

a.    Ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.
b.   Membangun daya kritis, analitis, dan solutif mahasiswa terhadap kondisi sosial masyarakat, bangsa dan negara.
c.    Ikut serta membentuk opini yang berkaitan dengan perikanan.
d.   Ikut membangun dan mengembangkan lingkungan akademis dan lembaga kemahasiswaan yang sehat, obyektif dan progresif.
e.    Menciptakan budaya membaca dan menulis dikalangan mahasiswa FPiK-UB.

Misi:

a. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang jurnalistik dengan mengedepankan kebebasan berfikir yang jujur dan bertanggung jawab.
b. Menyebarluaskan informasi dalam bidang perikanan dan bidang kehidupan lainnya kepada mahasiswa dan masyarakat.
c.  Menjalin hubungan dan komunikasi dengan lembaga pers mahasiswa maupun umum serta lembaga terkait lainnya.
 

Komentar

  1. Sudahkah kamu menjalankan asas obyektif, independen, familier?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: PERTEMUAN DUA HATI

PERTEMUAN DUA HATI (Sumber: bukabuku.com) A.                Identitas Buku a)                  Judul Buku                  : Pertemuan Dua Hati b)                  Pengarang                   : Nh. Dini c)                   Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Jakarta d)                  Tahun Terbit  ...

CERPEN: Pelangi Dibawah Langit Basah

  Pelangi Dibawah Langit Basah        Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Langit. Ia adalah seorang pelukis yang menghabiskan sebagian besar waktunya di tepi sungai, menciptakan lukisan-lukisan indah yang terinspirasi dari alam sekitarnya. Namun, meski hidup dikelilingi keindahan, hatinya terasa sepi. Suatu sore, saat langit mulai gelap, Langit melihat seorang gadis duduk di tepi sungai. Gadis itu bernama Senja pendatang baru di desa itu. Dengan rambut panjang yang tergerai dan mata yang bersinar, Senja tampak terpesona oleh keindahan alam di sekelilingnya. Langit merasa tertarik dan, tanpa ragu, ia mendekatinya. "Hai, aku Langit. Apa yang kamu lukis?" tanyanya sambil melihat sketsa di tangan Senja.  Senja tersenyum. "Aku sedang mencoba menggambar pemandangan ini, tapi rasanya sulit. Kamu seorang pelukis?"  Langit mengangguk. "Aku lebih suka melukis lanskap. Mari aku tunjukkan beberapa teknik."  ...