BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA KEDUA
(Sumber: Pixabay-pexels.com)
Malang, LPM AQUA-Senin
(28/03/2022) Bahasa Inggris sedari dulu dijadikan sebagai bahasa internasional.
Dapat juga dikatakan sebagai bahasa kedua (ESL atau TESL) yaitu sebutan
tradisional bagi pengguna atau studi bahasa
Inggris oleh penutur non-penutur asli di lingkungan berbahasa Inggris atau
orangnya bisa disebut sebagai translator. Sehingga mengacu pada pendekatan
khusus yang dapat digunakan sebagai pengajaran yang dirancang bagi mereka yang
bahasa utamanya bukan bahasa Inggris dengan tujuan mempermudah dalam
komunikasi. Bahasa Inggris merupakan ibu bagi negara-negara seperti Australia,
Amerika Serikat ataupun negara yang bahasa
Inggrisnya memiliki peran yang mapan
seperti India, Nigeria, dan lain sebagainya. Selain itu bahasa Inggris juga
dikatakan sebagai bahasa Inggris untuk penutur bahasa lain.
Meskipun
bahasa Inggris sering dikatakan sebagai kedua atau bahkan sering digunakan
sebagai bahasa ibu, tetapi di Indonesia masih sering dibandingkan. Sebab,
pelafalannya sering sekali banyak yang berbeda bahkan masih ada yang
dibandingkan. Selain dikarenakan dialek di setiap daerah yang berbeda, faktor
yang paling utamanya adalah pengucapan setiap huruf bahasa Indonesia yang memiliki
ketidaksamaan yang signifikan membuat pelafalan setiap orang menjadi perdebatan
bagi beberapa orang, namun masih cukup bisa dikuasai oleh beberapa masyarakat
Indonesia.
“Mungkin
bahasa Inggris ini memiliki
aksen yang cukup bisa di kuasai untuk kita masyarakat Indonesia begitu, bukan
seperti bahasa Indonesia yang memiliki
aksen yang cukup berbeda dengan aksen mereka, jadi menurut saya untuk
penguasaan bahasa
Inggris ini cukup perlu untuk saat ini,” ungkap
Titis Dwi Andhani mahasiswi FPIK
program studi MSP.
“Bukan
hanya saat ini di era globalisasi ini bahasa Inggris menjadi bahasa
internasional dan juga Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang susah juga, yang
sempat masuk sebagai bahasa tersusah,”
lanjut Titis Dwi Andhani mahasiswi FPIK program studi MSP.
Dari
pernyataan tersebut memanglah dapat dibayangkan bahwa bahasa Inggris dan bahasa Indonesia memiliki
perbedaan yang cukup signifikan pada letak aksen yang terkadang membuat perdebatan
bagi beberapa orang. Bahkan bagi beberapa pelajar muncul rasa tidak percaya
diri saat mengeja atau menggunakan bahasa
Inggris.
Disisi lain bahasa
internasional ini untuk beberapa wilayah digunakan dengan ejaan campuran dengan
aksen bahasa lokal, contohnya saja Bali. Bali sendiri merupakan rajanya
wisatawan internasional yang sudah mendunia, sehingga
mau tidak mau masyarakatnya pun harus dapat berinteraksi dengan wisatawan yang
datang guna peningkatan pada taraf pendapatan. Biasanya didapat dari hasil
penjualan maupun tour guide bagi wisatawan manca negara dengan tujuan
memperkenalkan tempat-tempat bersejarah di daerah tersebut.
“Untuk
aksen sendiri seperti yang kita ketahui di Bali banyak turis dan juga
masyarakat Bali mempelajari bahasa
Inggris untuk mendukung perekonomian mereka. Saat study tour di Bali
sendiri pasti pernah dengar bli (panggilan kakak laki-laki dalam bahasa Bali) berbicara
bahasa Inggris dengan aksen
Bali, menurut saya itu malah menjadi ciri khas tersendiri,” ucap Rara Amerea mahasiswi FPIK program studi
THP.
Oleh
sebab itu, dilihat dari beberapa tanggapan mengenai penggunaan bahasa Inggris tidak jarang
mahasiswa maupun pelajar yang masih tidak percaya diri akan penggunaan bahasa
tersebut. Padahal dengan mempelajarinya di masa-masa renggang dengan berbagai cara
seperti, menonton film, mendengar musik, sampai dengan cara paling basic
dengan mempelajarinya melalui kamus ataupun dengan bantuan tenaga pengajar dapat meningkatkan kemampuan diri dalam berbahasa
Inggris. Sebab Bahasa Inggris adalah bahasa yang
dinilai bahasa yang paling berperan apalagi di era globalisasi saat ini. (nf)
Komentar
Posting Komentar