Langsung ke konten utama

OPINI: URGENSI SOSIAL DAMPAK PERGAULAN BEBAS KEPADA GENERASI MUDA

URGENSI SOSIAL DAMPAK PERGAULAN BEBAS KEPADA GENERASI MUDA

(Sumber: Kindel Media-pexels.com)

Malang, LPM AQUA-Rabu (23/02/2022) Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan memerlukan interaksi dengan melakukan suatu pergaulan. Bisa itu dalam bentuk keluarga, teman, atau sahabat, ataupun pasangan. Akan tetapi remaja sekarang ini menyalahartikan maksud dari kata pergalulan tersebut. Pergaulan yang mereka jalani terlalu bebas dan sudah melanggar norma-norma yang berlaku, yang mana hal ini memberikan dampak negatif. Beberapa pergaulan bebas yang dilakukan remaja yaitu narkoba, seks bebas, dan kehidupan malam. Pergaulan bebas saat ini merupakan hal yang lumrah terjadi dikalangan remaja. Remaja yang merupakan sebuah fase peralihan dari anak-anak ke dewasa tentu memiliki rasa penasaran dan sifat yang sangat labil. Ketika mereka dilarang maka meraka akan semakin penasaran. Jadi, dalam hal ini peran orangtua dan lingkungan sangat dibutuhkan. Tidak hanya itu, keikut sertaan pemerintah juga sangat diharapkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari et al. (2018), di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 32% remaja usi 14-18 tahun sudah pernah melakukan hubungan seks. Dimana usia ini merupakan usia remaja yang masih duduk di bangku sekolah SLTA maupun tingkat mahasiswa. Semakin ke sini tingkat seks bebas semakin meningkat. Tentu hal ini menjadi ancaman terutama bagi bangsa karena generasi muda yang diharapkan sebagai pemimpin nantinya sudah mengalami kerusakan karena sudah mengkonsumsi narkoba, seks bebas yang dapat menimbulkan penyakit HIV/AIDS dan beberapa dampak lainnya. Tidak hanya itu, pada saat ini kasus pemerkosaan seringkali terjadi. Tidak hanya wanita yang menjadi korban bahkan lelaki juga ada yang menjadi korban pemerkosaan. Dimana para korban yang harusnya mendapatkan keadilan dan pembelaan, akan tetapi dia juga bisa menjadi tersangka, bahkan korban dinikahkan dengan si pemerkosa. Bukankah hal ini akan semakin membuat korban tersiksa? Korban yang sudah dilecehkan dipaksa menikah dengan si pemerkosa ditambah mendapatkan sanksi dari orang lain bahkan keluarganya. Tentu hal ini akan sangat merusak mental korban sehingga banyak dari korban pemerkosaan melakukan bunuh diri. Berdasarkan hal ini tentu peran pemerintah dalam menanggapi permasalahan ini sangat diharapkan.

Pada awalnya kenakalan remaja dan pergaulan bebas yang mereka lakukan karena beberapa alasan, seperti kurangnya pegangan hidup dalam hal keyakinan, tidak stabilnya emosional, mental yang tidak sehat dan pola pikir yang salah, rasa penasaran yang sangat tinggi, keluarga yang tidak harmonis, pelampiasan rasa kekecewaan, dan orangtua yang selalu sibuk.

Pihak pertama yang dapat mencegah terjadinya pergaulan bebas pada remaja adalah keluarga, maka peran keluarga juga menjadi hal mutlak untuk mencegah dan menangani terjadinya pergaulan bebas. Pihak keluarga dapat melakukan interaksi dengan baik, saling bertukar cerita. Selain itu, orangtua secara halus memberikan pengertian bagaimana pergaulan yang baik, bagaimana norma-norma yang berlaku serta memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya seberapa bahaya dampak dari pergaulan bebas. Struktur pemerintah di lingkungan seperti RT/RW pun harus memberikan sosialisasi kepada orangtua dan anak-anak mengenai dampak dari pergaulan bebas. Dapat juga dicanangkan kegiatan-kegiatan positif seperti gotong royong, pemuda pemudi bercerita, remaja masjid/remaja gereja, dan lain-lain, sehingga waktu luang yang dimiliki remaja bisa bermanfaat dan lebih banyak berinteraksi serta pergaulan mereka lebih terkontrol. (rlp)

 

Referensi:

Sari, D. N., Darmana, A., & Muhammad, I. (2018). Pengaruh faktor predisposisi, pemungkin, dan pendorong terhadap perilaku seksual di SMA Asuhan Daya Medan. Jurnal Kesehatan Global1(2), 53-60.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH

MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH (Sumber: goodreads.com) Malang, LPM AQUA -Jumat (08/04/2022) Buku dengan judul “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” merupakan karya Alfialghazi yang sukses menarik pembaca dalam tulisannya. Buku ini mengajarkan mengenai lika-liku kehidupan dengan surga sebagai akhir. Buku ini memberikan inspirasi serta motivasi bagi mereka yang terpuruk dan mendorong seseorang untuk bangkit kembali. Tidak semua hal dalam kehidupan berjalan seperti yang kita inginkan. Ada saatnya harapan yang kita impikan serta langkah yang telah kita tuai dihentikan secara paksa. Rasa putus asa yang muncul dalam menjalani kehidupan hingga muncul keinginan untuk menyerah. Dalam buku ini dijabarkan bahwa setiap orang memiliki masalah serta kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang berbeda-beda. Selain itu, buku “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” mengajarkan untuk beristirahat ketika lelah terhadap hiruk pikuk kehidupan, semangat untuk jangan menyerah, serta semangat untuk bangkit demi menc...

ESAI: The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education

  The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education By: Mutahassin Bilhaq mentatdgt_pexels.com Malang, LPM AQUA -Wednesday (29/12/2021) Since March 2020, Indonesia has been experiencing a Covid-19 pandemic. This condition undoubtedly has a significant impact on several sectors, including education. Regulations imposed by the government, such as the wearing of masks, the keeping of a safe distance, the prohibition of gathering, and so on, have caused many agencies, including educational institutions, to implement a variety of new policies in the conduct of their activities. At the start of the pandemic, the government instructed people to study for 14 days online from home, and it turned out that this instruction was extended into the following year. When we arrive in November 2021, the world has changed dramatically. Many schools and universities throughout this country have and will continue to have limited face-to-face teaching and learning processes with stri...