PRO KONTRA PERKULIAHAN DARING DAN LURING
(Sumber:
ICSA-pexels.com)
Malang, LPM AQUA-Senin
(14/02/2022) Perkuliahan masih tetap berlanjut meskipun saat ini negeri masih
dilanda wabah covid-19. Permasalahan tersebut yang menyebabkan perkuliahan di seluruh
universitas dilakukan secara daring atau online. Banyak pro kontra yang
dirasakan oleh mahasiswa terkait dengan masalah tersebut. Mulai dari permasalahan
penyampaian materi, praktikum hingga pengalaman yang dirasakan.
Teman-teman angkatan 2019 merasakan
perbedaan yang sangat besar saat dilaksanakannya kuliah luring dan kuliah
daring. Awal masuk sebagai seorang mahasiswa, teman-teman diharuskan untuk bisa
adaptasi dengan dunia perkuliahan. Dunia sekolah dengan perkuliahan memang
terasa sekali perbedaannya.
“Untuk perbedaan kuliah luring
dan daring itu beda banget. Jadi sewaktu aku, waktu 2019, waktu menjadi maba
itu kan masih luring, nah itu banyak banget yang harus diadaptasiin karena kan
kuliah itu beda dari waktu sekolah-sekolah. Kalo sekolah kan udah ditata tuh
jadwalnya dari jam sekian sampai pulang, istirahat, terus pulang itu kan udah
ditata. Kalau kuliah ini kan ada perkelas dan itu juga nanti semisal yang
ngajar atau ada halangan entah dari dosen atau yang lain itu nanti kita ada
kelas pengganti,” ucap Alifiya, seorang mahasiswa FPIK.
Penyampaian dan penyerapan
materi yang dirasakan oleh teman-teman mahasiswa, terutama angkatan 2019 juga
berbeda. Penyampaian dan penyerapan materi dirasa lebih efektif saat dilakukan
kuliah secara luring.
“Kalau kuliah luring kita bisa
lebih fokus, tapi kalau kuliah daring kita terdistract sama notif, handphone,
sosial media yang lain. Jadi menurut saya efektifitasnya tergantung individu
masing-masing,” ucap Rara, seorang mahasiswa FPIK angkatan 2019.
Persoalan tentang praktikum
juga dikeluhkan oleh beberapa mahasiswa. Beberapa mahasiswa mengatakan bahwa
praktikum yang dilaksanakan selama perkuliahan daring intensitasnya cenderung
lebih padat dan banyak. Mahasiswa mengeluh bahwa praktikum yang dilaksanakan
selama kuliah daring justru lebih menguras tenaga dan otak. Terlebih lagi
apabila durasi praktikum yang lama.
“Memang kalau praktikumnya itu
kayak sehari bisa 2 sampai 3. Jadi ya lebih nguras di otaknya,” ucap Adi, salah
satu mahasiswa FPIK angkatan 2021
“Kalau dulu offline itu kita
sehari paling 1 praktikum gitu, tapi memang ke tempatnya, ke pelabuhan, ke
pantai gitu. Kalau sekarang tuh sehari bisa 2 sampai 3 praktikum dan itu
menurutku kayak nguras banget sih, lebih ke otaknya sama mata sih terutama ya
kan. Kayak pagi ada terus nanti agak siangan ada, trus habis dzuhur ada
praktikum,” jelas Adit, menambahi pernyataan Adi.
Namun, ada juga mahasiswa yang
lebih memilih untuk kuliah daring. Alasannya karena mereka sudah nyaman dengan
sistem perkuliahan daring yang sudah 2 tahun lebih ini dilakukan.
“Kalau menurut saya enak
daring, soalnya masih belum siap luring. Masih takut soalnya pasti beda banget
dari SMA ke kuliah itu takut culture shock,” ucap Felyta, salah satu mahasiswa
FPIK yang lebih memilih untuk kuliah daring.
“Sudah betah dari semester 1
daring, dari semester 1 kan udah daring. Apalagi kalau mau ujian atau kuis
daring aja deh,” ucap Regita, mahasiswa FPIK yang sudah nyaman berkuliah
daring.
Pihak dosen pun menyatakan
bahwa merasakan adanya banyak perbedaan yang dirasakan antara kuliah daring dan
kuliah luring. Pak Andi selaku Wakil Dekan 1 sekaligus dosen FPIK menyatakan
bahwa perlu adanya adaptasi selama pergantian sistem perkuliahan, dari luring
menjadi daring.
“Adaptasi dalam persiapan mengajar,
mulai dari menyiapkan bahan paparan perkuliahan baik berupa slides PPT
maupun berupa video hingga merangkum materi agar lebih singkat dan tetap dipahami
secara utuh oleh mahasiswa, karena waktu perkuliahan daring lebih singkat,”
jelas Pak Andi.
Pak Andi sebagai dosen juga
mengaku bahwa terdapat beberapa kendala yang dirasakan oleh beliau selama
melaksanakan perkuliahan daring. Mulai dari permasalahan jaringan, pemberian
materi, hingga mengontrol mahasiswa selama proses perkuliahan berlangsung.
“Jaringan telekomunikasi yang
terkadang kurang stabil dari mahasiswa, tidak dapat mengontrol mahasiswa yg
belum memahami materi karena beberapa mahasiswa tidak memperhatikan dan dari
pihak dosen sulit mengetahui jika tidak menyalakan fitur kamera,” ujar Pak Andi.
Terdapat pula hal negatif dan
positif yang dirasakan oleh Pak Andi selama mengajar perkuliahan secara daring.
Hal negatif yang dirasakan Pak Andi selama mengajar daring yaitu kurang bisa
dekat dengan mahasiswa sehingga menyebabkan beberapa kendala yang dapat
mempengaruhi proses belajar mengajar berlangsung.
“Sense mengajarnya
kurang, karena secara emosional kurang dekat dengan mahasiswa, karena tidak
bertatap muka langsung. Sulit mengontrol mahasiswa mana yang sudah paham dan yang
belum memahami materi. Beberapa kali mahasiswa tidak memperhatikan dan tidak
merespon saat ditanya atau diajak berdiskusi dan mematikan kamera,” jelas Pak
Andi.
Sisi positifnya, Pak Andi
mengatakan bahwa dengan adanya sistem perkuliahan daring, proses perkuliahan
dirasa lebih fleksibel. Disamping itu, para dosen juga dapat menerapkan
beberapa metode pembelajaran yang baru, tentunya dengan berbasis online.
FPIK saat ini masih kembali
dengan sistem perkuliahan daring setelah sebelumnya mempersiapakan untuk adanya
proses perkuliahan hybrid. Pihak rektor telah mengeluarkan surat
keputusan bahwa proses perkuliahan semester genap ini akan dilaksanakan secara full
daring. Berkaitan dengan kasus covid-19 yang ternyata semakin tinggi di Kota
Malang, sehingga pihak Universitas Brawijaya memutuskan untuk menunda
pelaksanaan kuliah hybrid.
Pak Andi berpesan agar
teman-teman mahasiswa tetap menjaga kesehatan dan tetap menaati protokol
kesehatan apabila beraktivitas di dalam maupun di luar ruangan. Harapan beliau
semoga pandemi covid-19 ini bisa segera selesai.
“Teman-teman mahasiswa
sekarang dimudahkan dengan pesatnya perkembangan IT. Di tengah pandemi teman-teman
punya banyak kesempatan mempelajari banyak hal dari berbagai sumber. Manfaatkan
IT seoptimal mungkin untuk perkembangan akademis teman-teman dan jangan lupa
diimbangi oleh kemampuan non akademis dengan mengasah softskill,
kreativitas dan integritas. Tetap jaga kesehatan, jangan lupa patuhi prokes dan
jika tidak mendesak lakukan aktivitas dari rumah. Semoga pandemi segera selesai,”
pesan Pak Andi kepada seluruh mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Brawijaya. (dnp)
Komentar
Posting Komentar