PEREMPUAN DAN PERMASALAHANNYA
Malang, LPM AQUA-Rabu
(09/02/2022) Perempuan. Makhluk Tuhan dengan berbagai masalahnya. Pemikiran ini
berasal dari beberapa pengalaman yang saya dan kebanyakan perempuan mungkin
rasakan yang sebetulnya sudah lama dan sudah banyak terjadi di kalangan
masyarakat. Namun, nyatanya masih banyak orang yang menutup diri dan pemikiran
akan hal ini.
Mungkin persoalan ini sudah
tak lagi asing di telinga kita. Banyak sudah peristiwa yang terjadi akhir-akhir
ini. Terutama peristiwa yang menimpa perempuan. Sebentar, sebelum itu biar saya
jelaskan apa itu perempuan. Arti kata perempuan menurut wikipedia berasal dari
bahasa Sansekerta. Terdiri dari 3 suku kata, yaitu per yang berarti makhluk,
empu yang berarti mulia, mahir, tuan, serta an sebagai akhiran. Perempuan
diartikan sebagai makhluk yang memiliki kemuliaan dan kemahiran.
Namun, dibalik artinya,
nyatanya perempuan masih banyak yang tidak mendapatkan kemuliaan bahkan mendapatkan
masalah dan harus berdamai dengan dunianya. Dituntut agar tetap tegar dengan
masalahnya. Mari kita melihat pada peristiwa yang belakangan ini ramai menjadi
perbincangan di media sosial. Banyak kasus mulai dari pelecehan seksual, bullying,
sexual abuse bahkan hingga bunuh diri yang korbannya perempuan. Berkaca
dari peristiwa-peristiwa tersebut, nyatanya masih kurang atau belum adanya
ruang nyaman dan aman bagi perempuan. Baik itu di lingkungan keluarganya,
lingkungan tempat tinggalnya, tempat kerja, tempat umum dan masih banyak lagi.
Berulang kali terjadi dan
masih saja banyak orang menyalahkan satu pihak yang sama. Kita bisa ambil contoh
dari banyaknya pengaduan perempuan yang mengalami pelecehan seksual atau sexual
harassment di media sosial. Seorang perempuan dengan akun sosial medianya
menceritakan kalau dia telah mengalami sexual harassment. Lalu, apa yang
terjadi? Bila kita lihat pada kolom komentarnya, pasti masih banyak yang
menyalahkan si perempuan dengan berbagai poin masalah.
Tak dapat dipungkiri memang,
masyarakat Indonesia masih menyalahkan pihak korban (perempuan) atas segala
sesuatu yang menyangkut sexual harassment ini. Tak usah jauh-jauh dulu,
di lingkungan keluarganya saja mungkin korban dihakimi dan dikucilkan. Bahkan itu
bukan suatu kejadian yang dia inginkan, namun dia juga yang menanggung hakim
massa. Kalau semua pihak menyalahkan si korban (perempuan), lalu mau mengadu ke
mana lagi dia? Tak ada pihak yang bisa dijadikan tumpuan, tempat pengaduan.
Masih berbicara tentang sexual
harassment, tentu dapat berdampak negatif pada si korban. Dampak negatifnya
kesehatan mental perempuan tersebut terganggu, belum lagi jika dia mendapatkan
tekanan dari lingkungannya. Dampak tersebut dapat berlangsung hingga lama,
bahkan dapat merubah pemikirannya akan suatu hal. Sedangkan pelaku sexual harassment
masih bisa haha hihi setelah kejadian, kecuali ada pihak yang melaporkannya
tentang kejadian yang telah dia perbuat.
Belakangan ini juga sedang
viral mengenai ceramah yang dilakukan oleh salah satu penceramah yang terkenal.
Inti dari ceramah tersebut, perempuan dituntut untuk dapat menyembunyikan dan
memaklumi terjadinya sexual abuse yang terjadi dalam rumah tangga. Lagi-lagi
perempuan yang harus menanggung dan berdamai dengan lingkungannya. Padahal perempuan
punya hak untuk membela diri. Dalam agama manapun juga tak dibenarkan perlakuan
tersebut terjadi dalam suatu rumah tangga. Masih belum move-on kah
masyarakat kita ini dari paham patriarki? Paham yang memperbolehkan laki-laki
untuk memiliki kuasa atas perempuan. Perempuan dianggap berada satu tingkat
dibawahnya, jadi laki-laki bisa melakukan apapun terhadap perempuannya dan perempuan
hanya bisa menurut terhadap laki-lakinya.
Memang benar sudah banyak yang
mengecam segala tindakan sexual abuse, sexual harassment dan paham
patriarki ini. Mengatakan bahwa sudah saatnya perempuan mendapatkan posisi dan
hak yang sama dengan laki-laki. Tak lagi ada perbedaan untuk itu. Tak ada lagi
perbuatan seperti itu terjadi. Namun, apakah benar juga praktik dari pernyataan
tersebut sudah terlaksana betul di masyarakat? Mengingat masih banyaknya kasus
tentang masalah tersebut berkeliaran di masyarakat.
Semua peristiwa tersebut apabila
direnungi lagi dapat ditekan oleh dua hal, kesadaran diri dan toleransi di
lingkungan manapun manusia berada. Sadar bahwa sudah saatnya manusia lepas dari
adanya peristiwa-peristiwa tersebut. Sadar bahwa tindakan tersebut adalah
tindakan yang tak dibenarkan dan tak seharusnya terjadi. Sadar bahwa manusia perlu
hidup berdampingan yang mengharuskan manusia untuk dapat toleran dan menghargai
sesama manusia. Toleran dan saling menghargai sehingga dapat terbentuk lingkungan
yang nyaman bagi semua pihak. Semua bergantung pada diri sendiri. (dnp)
Komentar
Posting Komentar