Langsung ke konten utama

HARIAN AQUA (Vol.9): MENTAL HEALTH DI KALANGAN MAHASISWA

MENTAL HEALTH DI KALANGAN MAHASISWA

(Sumber: Suzy Hazelwood-pexels.com)

Malang, LPM AQUA-Senin (21/02/2022) Mental health atau kesehatan mental nampaknya sedang santer dibicarakan oleh banyak orang saat ini. Banyak orang yang menyuarakan pentingnya mental heath di media sosial. Banyak juga yang berbagi cerita tentang masalah mental health yang mereka alami.

Dari segi pengertian mungkin sudah banyak yang mengerti apa itu mental health atau kesehatan mental. Mental health merupakan kondisi dimana seseorang menyadari tentang kompetensi yang dimiliki oleh dirinya sendiri yang menjadikan seseorang tersebut mampu menangani permasalahan yang terjadi pada diri sendiri dan mengontrol emosi diri. Ada juga beberapa orang yang mungkin kurang paham dengan konteks artian mental health yang sebenarnya.

Salah satu mahasiswi FPIK mengatakan bahwa mental health merupakan kondisi dimana seseorang mengerti akan kebutuhan mentalnya.

“Kalau dari aku mungkin mental health itu kesehatan mental gitu, kayak gimana kita mengerti kebutuhan mental kita gitu,” ucap Azzahidatul Husna, mahasiswi FPIK program studi MSP angkatan 2021.

Berbeda lagi dengan pemahaman mahasiswi lain mengenai mental health yang diketahuinya.

“(Mental health merupakan) kondisi batin seseorang ketika meghadapi lingkungan sekitar atau menghadapi lingkungannya,” jelas Saphira Auliana, mahasiswi program studi THP angkatan 2019.

Beberapa orang memiliki pemahaman yang hampir sama, namun dengan pengartian yang berbeda-beda tentang mental health. Ada yang mengartikan mental health dari peristiwa yang pernah dialaminya. Misalnya seperti perasaan tidak percaya diri, tidak nyaman, perundungan, dan masih banyak lagi versi yang lain.

“Pernah sih aku, kayak aku tu orangnya kalau aku berada di suatu lingkungan yang aku merasa itu kurang nyaman atau lingkungan yang membuat aku merasa tertekan, aku bisa sampai yang deg-deg an. Solusinya mencoba untuk tidak terlalu membuat itu mengganggu kegiatanku atau aku keluar dari kondisi yang membuat aku tidak nyaman,” ucap Saphira.

Peristiwa-peristiwa yang pernah dialami beberapa orang tersebut akan berdampak pada dirinya sendiri, baik itu langsung maupun tidak. Berbagai solusi pun dilakukan oleh seseorang yang mengalami permasalahan mental health. Solusi tersebut bisa berasal dari kesadaran diri yang didapatkan oleh masing-masing individu. Banyak hal yang bisa dilakukan seseorang untuk keluar dari masalah. Mulai dari stay positive, tidak menyerah dengan keadaan, menenangkan diri, dan menyibukkan diri dengan hal yang positif.

Kesadaran teman-teman mahasiswa terhadap adanya kasus mental health di sekitarnya pun mempunyai tanggapan yang beragam. Ada yang menempatkan diri sebagai pendengar yang baik, ada yang memilih untuk menunggu hingga temannya bercerita, ada juga yang langsung bertanya apa masalahnya maupun langsung memberi solusi.

“Menurut aku penting, sangat sangat penting. Ga semua orang bisa ngungkapin masalahnya dia dan butuh orang yang dipercaya buat jadi tempat keluh kesahnya dia, tempat untuk curhat dan mungkin bisa saja lawan bicaranya itu memberikan saran buat dia. Termasuk kita sebagai temen, sebagai tempat berkeluh kesahnya dia,” ujar Astria Ferlinda, mahasiswa FPIK angkatan 2021.

“Kalo misalnya dia meminta pertolongan, misalnya kayak mendengarkan cerita atau something, itu aku dengerin. Tapi kalau misalnya dia ga bercerita gitu atau kayak dia yang di luar fun fun aja gitu, aku ga akan memulai bertanya gitu. Soalnya aku gatau misalnya dia terlihat fun fun aja itu untuk meng-cover kesedihan dia atau men-distract kesedihan dia. Jadi kalau sebenarnya dia punya mental issue trus dia fun fun aja ditanya itu bikin ga mood, ” ujar Saphira yang memberikan pendapat lain.

“Menurut aku sih tergantung kondisi dan situasi. Kalo misalnya orang itu kayak memang benar-benar butuh bimbingan atau bantuan tentang mental health-nya, mending kita langsung saranin di psikiater atau psikolog gitu untuk ngobatin mental health-nya. Alasan kedua kenapa menurutku itu tergantung situasi dan kondisi itu karena masalah-masalah yang dihadapi ketika mental health ini, bisa membantu buat seseorang itu bertambah dewasa (dalam) menyikapi hal-hal yang ada disekitarnya,” jelas Adi, mahasiswa FPIK angkatan 2021 yang menyikapi mental health seseorang dengan beberapa pertimbangan.

Mahasiswa-mahasiswi sejatinya mengetahui pentingnya kesadaran diri akan mental health, terutama dikalangan mahasiswa itu sendiri. Beberapa mahasiswa mampu untuk menyelesaikan permasalahannya yang berkaitan dengan mental health sekaligus berusaha untuk menghindarinya. Ada pula yang berusaha menjaga kesehatan mentalnya agar tetap baik.

“Penting, kalo buat diri kita sendiri itu penting. Jadi itu sebenarnya bukan untuk menjaga mental health, tapi untuk membentengi diri kita dari lingkungan itu penting. Soalnya kita itu masih bisa mengendalikan diri kita, tapi kita ga pernah bisa mengendalikan orang lain gitu. Kita itu bisa mengendalikan apa yang akan kita lakukan ke orang lain, tapi kita ga bisa mengendalikan apa yang mau orang lakuin ke kita,” jelas Saphira.

“Kesehatan mental itu yang sangat berpengaruh pada diri seseorang ya. Karena kalau mental health kita terganggu, kesehatan yang lain itu juga bisa terganggu juga, misalnya kayak kesehatan fisik kita. Pasti orang yang terganggu kesehatan mentalnya itu pola hidupnya bisa berubah drastis, dari pola makan, pola tidur yang nantinya bisa berefek samping pada kesehatan tubuhnya,” jelas salah satu mahasiswi FPIK angkatan 2021 bernama Syifa.

Syifa juga berpesan kepada teman-teman yang mungkin sedang mengalami permasalahan mental health agar tetap semangat.

“Pesannya untuk kalian yang mengalami gangguan kesehatan mental, tetap semangat. Kalian hebat bisa melanjutkan hidup kalian meskipun ada tekanan dalam hidup yang sampai membuat kalian stress, tapi kalian tetap semangat untuk hidup dan memperjuangkannya. Tetap berjuang dan jangan lupa untuk cerita ke orang terdekat, minta solusi, jangan dipendam sendiri karena itu nantinya akan menjadi beban di kalian,” pesan Syifa. (dnp)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH

MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH (Sumber: goodreads.com) Malang, LPM AQUA -Jumat (08/04/2022) Buku dengan judul “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” merupakan karya Alfialghazi yang sukses menarik pembaca dalam tulisannya. Buku ini mengajarkan mengenai lika-liku kehidupan dengan surga sebagai akhir. Buku ini memberikan inspirasi serta motivasi bagi mereka yang terpuruk dan mendorong seseorang untuk bangkit kembali. Tidak semua hal dalam kehidupan berjalan seperti yang kita inginkan. Ada saatnya harapan yang kita impikan serta langkah yang telah kita tuai dihentikan secara paksa. Rasa putus asa yang muncul dalam menjalani kehidupan hingga muncul keinginan untuk menyerah. Dalam buku ini dijabarkan bahwa setiap orang memiliki masalah serta kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang berbeda-beda. Selain itu, buku “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” mengajarkan untuk beristirahat ketika lelah terhadap hiruk pikuk kehidupan, semangat untuk jangan menyerah, serta semangat untuk bangkit demi menc...

ESAI: The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education

  The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education By: Mutahassin Bilhaq mentatdgt_pexels.com Malang, LPM AQUA -Wednesday (29/12/2021) Since March 2020, Indonesia has been experiencing a Covid-19 pandemic. This condition undoubtedly has a significant impact on several sectors, including education. Regulations imposed by the government, such as the wearing of masks, the keeping of a safe distance, the prohibition of gathering, and so on, have caused many agencies, including educational institutions, to implement a variety of new policies in the conduct of their activities. At the start of the pandemic, the government instructed people to study for 14 days online from home, and it turned out that this instruction was extended into the following year. When we arrive in November 2021, the world has changed dramatically. Many schools and universities throughout this country have and will continue to have limited face-to-face teaching and learning processes with stri...