MENTAL HEALTH DI KALANGAN MAHASISWA
(Sumber:
Suzy
Hazelwood-pexels.com)
Malang, LPM AQUA-Senin
(21/02/2022) Mental health atau kesehatan mental nampaknya sedang santer
dibicarakan oleh banyak orang saat ini. Banyak orang yang menyuarakan
pentingnya mental heath di media sosial. Banyak juga yang berbagi cerita
tentang masalah mental health yang mereka alami.
Dari segi pengertian mungkin
sudah banyak yang mengerti apa itu mental health atau kesehatan mental. Mental
health merupakan kondisi dimana seseorang menyadari tentang kompetensi yang
dimiliki oleh dirinya sendiri yang menjadikan seseorang tersebut mampu
menangani permasalahan yang terjadi pada diri sendiri dan mengontrol emosi
diri. Ada juga beberapa orang yang mungkin kurang paham dengan konteks artian mental
health yang sebenarnya.
Salah satu mahasiswi FPIK
mengatakan bahwa mental health merupakan kondisi dimana seseorang
mengerti akan kebutuhan mentalnya.
“Kalau dari aku mungkin mental
health itu kesehatan mental gitu, kayak gimana kita mengerti kebutuhan
mental kita gitu,” ucap Azzahidatul Husna, mahasiswi FPIK program studi MSP
angkatan 2021.
Berbeda lagi dengan pemahaman
mahasiswi lain mengenai mental health yang diketahuinya.
“(Mental health
merupakan) kondisi batin seseorang ketika meghadapi lingkungan sekitar atau
menghadapi lingkungannya,” jelas Saphira Auliana, mahasiswi program studi THP angkatan
2019.
Beberapa orang memiliki
pemahaman yang hampir sama, namun dengan pengartian yang berbeda-beda tentang mental
health. Ada yang mengartikan mental health dari peristiwa yang
pernah dialaminya. Misalnya seperti perasaan tidak percaya diri, tidak nyaman,
perundungan, dan masih banyak lagi versi yang lain.
“Pernah sih aku, kayak aku tu
orangnya kalau aku berada di suatu lingkungan yang aku merasa itu kurang nyaman
atau lingkungan yang membuat aku merasa tertekan, aku bisa sampai yang deg-deg
an. Solusinya mencoba untuk tidak terlalu membuat itu mengganggu kegiatanku
atau aku keluar dari kondisi yang membuat aku tidak nyaman,” ucap Saphira.
Peristiwa-peristiwa yang
pernah dialami beberapa orang tersebut akan berdampak pada dirinya sendiri,
baik itu langsung maupun tidak. Berbagai solusi pun dilakukan oleh seseorang
yang mengalami permasalahan mental health. Solusi tersebut bisa berasal
dari kesadaran diri yang didapatkan oleh masing-masing individu. Banyak hal
yang bisa dilakukan seseorang untuk keluar dari masalah. Mulai dari stay
positive, tidak menyerah dengan keadaan, menenangkan diri, dan menyibukkan
diri dengan hal yang positif.
Kesadaran teman-teman
mahasiswa terhadap adanya kasus mental health di sekitarnya pun
mempunyai tanggapan yang beragam. Ada yang menempatkan diri sebagai pendengar
yang baik, ada yang memilih untuk menunggu hingga temannya bercerita, ada juga
yang langsung bertanya apa masalahnya maupun langsung memberi solusi.
“Menurut aku penting, sangat
sangat penting. Ga semua orang bisa ngungkapin masalahnya dia dan butuh orang
yang dipercaya buat jadi tempat keluh kesahnya dia, tempat untuk curhat dan
mungkin bisa saja lawan bicaranya itu memberikan saran buat dia. Termasuk kita
sebagai temen, sebagai tempat berkeluh kesahnya dia,” ujar Astria Ferlinda,
mahasiswa FPIK angkatan 2021.
“Kalo misalnya dia meminta
pertolongan, misalnya kayak mendengarkan cerita atau something, itu aku
dengerin. Tapi kalau misalnya dia ga bercerita gitu atau kayak dia yang di luar
fun fun aja gitu, aku ga akan memulai bertanya gitu. Soalnya aku gatau
misalnya dia terlihat fun fun aja itu untuk meng-cover kesedihan
dia atau men-distract kesedihan dia. Jadi kalau sebenarnya dia punya mental
issue trus dia fun fun aja ditanya itu bikin ga mood, ” ujar
Saphira yang memberikan pendapat lain.
“Menurut aku sih tergantung
kondisi dan situasi. Kalo misalnya orang itu kayak memang benar-benar butuh
bimbingan atau bantuan tentang mental health-nya, mending kita langsung
saranin di psikiater atau psikolog gitu untuk ngobatin mental health-nya.
Alasan kedua kenapa menurutku itu tergantung situasi dan kondisi itu karena
masalah-masalah yang dihadapi ketika mental health ini, bisa membantu
buat seseorang itu bertambah dewasa (dalam) menyikapi hal-hal yang ada
disekitarnya,” jelas Adi, mahasiswa FPIK angkatan 2021 yang menyikapi mental
health seseorang dengan beberapa pertimbangan.
Mahasiswa-mahasiswi sejatinya
mengetahui pentingnya kesadaran diri akan mental health, terutama
dikalangan mahasiswa itu sendiri. Beberapa mahasiswa mampu untuk menyelesaikan
permasalahannya yang berkaitan dengan mental health sekaligus berusaha
untuk menghindarinya. Ada pula yang berusaha menjaga kesehatan mentalnya agar
tetap baik.
“Penting, kalo buat diri kita
sendiri itu penting. Jadi itu sebenarnya bukan untuk menjaga mental health,
tapi untuk membentengi diri kita dari lingkungan itu penting. Soalnya kita itu
masih bisa mengendalikan diri kita, tapi kita ga pernah bisa mengendalikan
orang lain gitu. Kita itu bisa mengendalikan apa yang akan kita lakukan ke
orang lain, tapi kita ga bisa mengendalikan apa yang mau orang lakuin ke kita,”
jelas Saphira.
“Kesehatan mental itu yang sangat
berpengaruh pada diri seseorang ya. Karena kalau mental health kita terganggu,
kesehatan yang lain itu juga bisa terganggu juga, misalnya kayak kesehatan
fisik kita. Pasti orang yang terganggu kesehatan mentalnya itu pola hidupnya
bisa berubah drastis, dari pola makan, pola tidur yang nantinya bisa berefek
samping pada kesehatan tubuhnya,” jelas salah satu mahasiswi FPIK angkatan 2021
bernama Syifa.
Syifa juga berpesan kepada
teman-teman yang mungkin sedang mengalami permasalahan mental health agar tetap
semangat.
“Pesannya untuk kalian yang mengalami
gangguan kesehatan mental, tetap semangat. Kalian hebat bisa melanjutkan hidup
kalian meskipun ada tekanan dalam hidup yang sampai membuat kalian stress, tapi
kalian tetap semangat untuk hidup dan memperjuangkannya. Tetap berjuang dan
jangan lupa untuk cerita ke orang terdekat, minta solusi, jangan dipendam
sendiri karena itu nantinya akan menjadi beban di kalian,” pesan Syifa. (dnp)
Komentar
Posting Komentar