Langsung ke konten utama

Resensi Buku: Six Thinking Hats

 

Gambar: goodreads.com

Oleh : Mutahassin Bilhaq

 

Identitas Buku

Judul               : Six Thinking Hats

Penulis            : Edward de Bono

Penerbit          : Back Bay Books

Tahun Terbit   : 1985

Halaman         : 207 halaman

Kategori          : Personal Development

Bahasa            : Inggris

Harga              : $7.52

Ringkasan

"Thought is the maximum resource of the human being. Nevertheless, never we are satisfied with our more important capacity. It does not matter how good let us be, always we would want to be better. Generally, the only ones that is satisfied with its capacity with thought they are those thinking poor men who think that the objective to think is prove that the key are right from its own one satisfaction. Only if we have a vision limited of which it can thought, us can please our perfection in this land, but not of another way.” -hlm. 5

Salah satu ilmu yang penting untuk dikuasai adalah ilmu berpikir. Kita sering kali diminta untuk berpikir, tetapi apakah kita pernah diajari bagaimana caranya berpikir? Lantas bagaimana kita mengerjakan sesuatu tanpa mengetahui caranya? Mungkin bisa, tetapi tentu saja hasilnya tidak akan sama ketika kita mengetahui cara yang sudah terbukti untuk hasil yang lebih efektif dan efisien. Salah satu kekurangan umum dari proses berpikir adalah orang cenderung berpikir untuk berhenti berpikir, karena biasanya kita berpikir hanya untuk mencari solusi dari masalah yang timbul. Padahal idealnya selain mencari solusi atas masalah yang sudah timbul, kita juga harus memikirkan solusi sebelum masalah itu timbul. Contohnya banyak orang yang tidak berpikir untuk mengatur keuangannya dengan baik, sehingga seringkali dihadapkan dengan masalah keuangan di kemudian hari, dan baru memikirkan solusi saat masalah tersebut sudah datang.

Terdapat banyak ilmu berpikir yang bisa dipelajari, salah satunya yang termuat dalam buku Six Thinking Hats karya bapak ilmu berpikir, Edward de Bono yang pertama kali terbit di tahun 1985. Dalam bukunya, beliau mengemukakan teori topi berpikir, di mana cara manusia berpikir diumpamakan terbagi atas 6 topi dengan warna yang berbeda. Topi-topi tersebut yaitu:

·         Topi Putih       : cara berpikir berdasarkan data, angka, bukti, dan fakta

·         Topi Merah     : cara berpikir berdasarkan intuisi, perasaan, dan pengalaman

·         Topi Kuning    : cara berpikir dengan mencari sisi positif seperti manfaat dan hasil

·         Topi Hitam     : cara berpikir kritis yang mempertimbangkan kemungkinan terburuk

·         Topi Hijau       : cara berpikir dengan mencari alternatif atau cara-cara yang lain

·         Topi Biru        : cara berpikir yang fokus pada urutan dalam mendesain cara berpikir

Urutan atau kombinasi topi apa saja yang akan di pakai dalam proses berpikir hingga pengambilan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Boleh juga hanya menggunakan satu topi saja, selama kita yakin dan tahu bahwa untuk permasalahan tersebut  memang membutuhkan satu topi cara berpikir saja.

Kelebihan

Setiap topi dari 6 topi berpikir yang ada dijelaskan dengan sangat lengkap, selain itu terdapat ringkasan materi dari setiap topi berpikir sebelum masuk ke pembahasan topi berikutnya.

Kekurangan

Sangat sedikit ilustrasi atau bahkan hampir tidak ada ilustrasi yang membuat saya sedikit bosan hanya melihat dan membaca tulisan. Menurut saya akan lebih baik jika diberikan gambar atau ilustrasi agar pembaca lebih mudah mengingat apa yang telah di baca.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH

MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH (Sumber: goodreads.com) Malang, LPM AQUA -Jumat (08/04/2022) Buku dengan judul “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” merupakan karya Alfialghazi yang sukses menarik pembaca dalam tulisannya. Buku ini mengajarkan mengenai lika-liku kehidupan dengan surga sebagai akhir. Buku ini memberikan inspirasi serta motivasi bagi mereka yang terpuruk dan mendorong seseorang untuk bangkit kembali. Tidak semua hal dalam kehidupan berjalan seperti yang kita inginkan. Ada saatnya harapan yang kita impikan serta langkah yang telah kita tuai dihentikan secara paksa. Rasa putus asa yang muncul dalam menjalani kehidupan hingga muncul keinginan untuk menyerah. Dalam buku ini dijabarkan bahwa setiap orang memiliki masalah serta kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang berbeda-beda. Selain itu, buku “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” mengajarkan untuk beristirahat ketika lelah terhadap hiruk pikuk kehidupan, semangat untuk jangan menyerah, serta semangat untuk bangkit demi menc...

ESAI: The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education

  The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education By: Mutahassin Bilhaq mentatdgt_pexels.com Malang, LPM AQUA -Wednesday (29/12/2021) Since March 2020, Indonesia has been experiencing a Covid-19 pandemic. This condition undoubtedly has a significant impact on several sectors, including education. Regulations imposed by the government, such as the wearing of masks, the keeping of a safe distance, the prohibition of gathering, and so on, have caused many agencies, including educational institutions, to implement a variety of new policies in the conduct of their activities. At the start of the pandemic, the government instructed people to study for 14 days online from home, and it turned out that this instruction was extended into the following year. When we arrive in November 2021, the world has changed dramatically. Many schools and universities throughout this country have and will continue to have limited face-to-face teaching and learning processes with stri...