Langsung ke konten utama

INFOGRAFIS: RISET KELAUTAN INDONESIA

Riset Kelautan Indonesia

Doc. LPM AQUA

Malang, LPM AQUA-Selasa (15/11/2021) Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah laut 5,8 juta kilometer persegi. Tidak dapat disangkal bahwa negara ini memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dua per tiga bagiannya adalah laut menjadi sebab keniscayaan pembangunan di sektor kelautan. Laut Indonesia cukup luas dan sekaligus dalam, karena sekitar 68 persen perairan laut Indonesia memiliki kedalaman lebih dari 200 meter.

Tercatat, riset kelautan Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1872, ketika ekspedisi “Challenger” dari Inggris melewati kawasan Indonesia. Pada ekspedisi ini dilakukan pengukuran suhu dan salinitas di Laut Banda pada kedalaman 5000 meter.

Sedangkan lembaga penelitian laut sudah ada sejak tahun 1905 dengan nama “Visscherij Laboratorium te Batavia” yang saat itu berlokasi di Sunda Kelapa, Jakarta. Lembaga ini kemudian bermetamorfasa dan dikenal sebagai Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.

Sejarah masa lalu bangsa Indonesia tidak terlepas dari laut, meski belakangan kita merasakan kurangnya perhatian negara ini pada sektor kelautan. Hampir 70 persen aktivitas perekonomian Indonesia ditopang dengan berbasis pada aktivitas daratan. Hal ini merembet pada aktivitas riset nasional yang lebih condong bukan pada aktivitas riset kelautan

Sudah seharusnya, jika kita melihat pada proporsi laut nasional dan apa yang telah manusia lakukan pada laut kita, maka meningkatkan porsi riset kelautan menjadi sebuah konsekuensi logis. Peningkatan porsi riset kelautan menjadi fondasi terhadap visi kemerdekaan dan kemandirian pengelolaan maritim nasional.

Selain itu riset kelautan menjadi salah satu cara manusia Indonesia untuk membalas budi sekaligus bertanggung jawab atas dampak yang kita berikan. Tiga ancaman terbesar pada laut (warmer, more acidic, less oxygen) lebih banyak disebabkan oleh aktivitas manusia yang justru berkiblat pada pembangunan di daratan. Sampah yang banyak ditemukan di laut juga sebagian besar berasal dari daratan.

Kita perlu tahu tingginya ombak dan kuatnya angin di laut sebelum mengarungi samudra, maka penguasaan terhadap pengelolaan laut Nusantara harus diawali dengan kemandirian dan kemerdekaan melakukan riset kelautan.

Berbagai kemajuan telah dicapai dalam riset kelautan selama beberapa dekade terakhir, dan banyak hasil nyata telah diperoleh.

Hasil lain yang signifikan lewat ekspedisi Baruna di tahun 1964, dapat mengungkapkan sumber daya udang yang melimpah di Laut Arafura. Di samping itu, kita juga sudah mampu memijahkan ikan tuna sirip kuning (madidihang) dan berhasil membudidayakannya; walaupun budi daya lobster masih terus dikembangkan. Jadi, riset kelautan sebenarnya memiliki banyak hasil yang signifikan dalam perspektif ilmu pengetahuan.

Dukungan dari SDM peneliti juga semakin kuat, dan hampir tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Ada lebih dari 1.000 dosen di 108 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan lebih dari 500 peneliti kelautan dengan berbagai disiplin ilmu di berbagai lembaga riset kelautan.

Berbagai kemajuan telah dicapai dalam riset kelautan selama beberapa dekade terakhir, dan banyak hasil nyata telah diperoleh. (h)


Sumber :

https://www.kompas.com/sains/read/2020/08/29/173400523/riset-kelautan-di-indonesia-maju-tapi-tertinggal

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/21/140100123/optimisme-riset-kelautan-di-indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH

MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH (Sumber: goodreads.com) Malang, LPM AQUA -Jumat (08/04/2022) Buku dengan judul “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” merupakan karya Alfialghazi yang sukses menarik pembaca dalam tulisannya. Buku ini mengajarkan mengenai lika-liku kehidupan dengan surga sebagai akhir. Buku ini memberikan inspirasi serta motivasi bagi mereka yang terpuruk dan mendorong seseorang untuk bangkit kembali. Tidak semua hal dalam kehidupan berjalan seperti yang kita inginkan. Ada saatnya harapan yang kita impikan serta langkah yang telah kita tuai dihentikan secara paksa. Rasa putus asa yang muncul dalam menjalani kehidupan hingga muncul keinginan untuk menyerah. Dalam buku ini dijabarkan bahwa setiap orang memiliki masalah serta kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang berbeda-beda. Selain itu, buku “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” mengajarkan untuk beristirahat ketika lelah terhadap hiruk pikuk kehidupan, semangat untuk jangan menyerah, serta semangat untuk bangkit demi menc...

ESAI: The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education

  The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education By: Mutahassin Bilhaq mentatdgt_pexels.com Malang, LPM AQUA -Wednesday (29/12/2021) Since March 2020, Indonesia has been experiencing a Covid-19 pandemic. This condition undoubtedly has a significant impact on several sectors, including education. Regulations imposed by the government, such as the wearing of masks, the keeping of a safe distance, the prohibition of gathering, and so on, have caused many agencies, including educational institutions, to implement a variety of new policies in the conduct of their activities. At the start of the pandemic, the government instructed people to study for 14 days online from home, and it turned out that this instruction was extended into the following year. When we arrive in November 2021, the world has changed dramatically. Many schools and universities throughout this country have and will continue to have limited face-to-face teaching and learning processes with stri...