Langsung ke konten utama

Resensi Buku: Atomic Habits

 

Gambar: amazon.com

Oleh : Mutahassin Bilhaq

 

Identitas Buku

Judul               : Atomic Habits

Penulis            : James Clear

Penerbit          : Penguin Publishing Group

Tahun Terbit   : 2018

Halaman         : 320 halaman

Kategori          : Personal Development

Bahasa            : Inggris

Harga              : $11.98

Ringkasan

"It is so easy to overestimate the importance of one defining moment and underestimate the value of making small improvements on a daily basis. Too often, we convince ourselves that massive success requires massive action. Whether it is losing weight, building a business, writing a book, winning a championship, or achieving any other goal, we put pressure on ourselves to make some earth-shattering improvement that everyone will talk about.” -hlm. 19

Banyak orang yang berpikir jika ingin mencapai hal-hal besar dalam hidup, kita harus melakulan hal yang besar juga. Pemikiran tersebut tidaklah salah, tetapi terkadang mereka lupa dari mana hal besar tersebut berasal atau dimulai. Jika kamu adalah salah satu yang memiliki pemikiran seperti itu, buku Atomic Habits sangat direkomendasikan untuk kamu baca. Buku karya James Clear tersebut merupakan salah satu buku pengembangan diri akan menunjukkan bagaimana cara membangun kebiasaan baru yang baik dan meninggalkan kebiasaan lama yang buruk. Dalam buku ini akan ditekankan mengenai rutinitas atau kebiasaan kecil yang baik yang akan mengantarkan kita kepada pencapaian-pencapaian besar dalam hidup. Secara singkat Atomic Habits terdiri dari 6 bagian, yaitu:

·         The Fundamentals      : Why Tiny Changes Make a Big Difference

·         The 1st Law                 : Make It Obvious

·         The 2nd Law                : Make Attractive

·         The 3rd Law                 : Make It Easy

·         The 4th Law                 : Make It Satisfying

·         Advanced Tactics       : How to Go from Being Merely Good to Being Truly Great

Kelebihan

Terdapat beberapa gambar atau ilustrasi yang mendukung penjelasan di buku ini. Selain materi dijelaskan dengan cukup detail, penulis juga menambahkan ringkasan di setiap akhir bab.

Kekurangan

Sayangnya buku ini tidak dilengkapi dengan lembar kerja ataupun pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab, padahal 2 hal tersebut akan sangat membantu dalam mengingat dan segera take action setelah membaca isi buku tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: PERTEMUAN DUA HATI

PERTEMUAN DUA HATI (Sumber: bukabuku.com) A.                Identitas Buku a)                  Judul Buku                  : Pertemuan Dua Hati b)                  Pengarang                   : Nh. Dini c)                   Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Jakarta d)                  Tahun Terbit  ...

CERPEN: BUNGA YANG TERINJAK

  Bunga yang Terinjak (karya: Najla Kamiliya Gunawan ) (sumber: pinterest) Jam berdetak dengan keras mengikuti irama jantung. Dalam lorong yang gelap, beberapa wanita duduk dengan penuh ketegangan. Mereka duduk berjejer di lorong, tatapan yang penuh kecemasan saling bertaut dalam keheningan yang mencekam. Udara terasa beku, seolah lorong itu menjadi panggung bagi pertunjukan ketidakpastian. Setiap napas terasa berat, seakan-akan mereka menanti waktu yang akan mengguncang fondasi kehidupan mereka.  Dahinya basah berkeringat meskipun udara malam dingin menusuk panca indra. Dengan susah payah, ia kembali menelan salivanya. Bola matanya bergetar memancarkan ketakutan tatkala memandang kejadian mengerikan itu dari balik tirai, hatinya berdebar-debar di tengah ketakutan. Kegelapan malam menyaksikan bayangan-bayangan kekerasan, dan ia merasa terjebak dalam dunia gelap yang tak bisa diubah. Ia sontak menundukkan pandangannya, membiarkan rambutnya menutupi wajahnya, karena tak...