Langsung ke konten utama

RESENSI BUKU: LE PETIT PRINCE

LE PETIT PRINCE

Oleh: Dian Nisa Pristasari

(Sumber: ebooks.gramedia.com)

 

Judul buku                  : Le Petit Prince (Pangeran Cilik)

Penulis                        : Antoine De Saint-Exupéry

Penerbit                      : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit                 : 2011

Jumlah halaman         : 120 halaman

ISBN                           : 9786020323411

 

Mungkin saat pertama kali kalian melihat buku ini akan berpikir bahwa ini buku untuk anak kecil. Dengan banyak ilustrasi lucu di dalamnya yang diberikan oleh sang penulis. Namun, siapa sangka bahwa buku ini ternyata menyimpan makna maupun pesan yang ditujukan bagi orang dewasa dengan berbalut kisah seorang anak kecil. Sang penulis menyebut tokoh utama sebagai Pangeran Cilik. Dikisahkan Pangeran Cilik ini terjatuh di sebuah planet bernama Bumi yang kemudian dia bertemu dengan seorang manusia yang ikut terdampar di padang pasir. Nahasnya, manusia itu harus terjebak selama beberapa hari dikarenakan pesawatnya yang rusak. Dari situlah Pangeran Cilik mulai menceritakan kisah petualangannya menjelajahi beberapa planet dengan berbagai penghuni yang unik. Dari sini saja, kalian mungkin mengira kalau ini memang benar-benar buku untuk anak kecil, namun tunggu dulu hingga kalian mendengar bagaimana Si Pangeran Cilik menceritakan kisahnya.

Buku ini memang tidak serta merta menyajikan pesan dengan gamblangnya. Penulis secara tidak langsung memberikan pesan tersirat tentang kehidupan di setiap babnya. Manusia yang hidup di dunia ini sejatinya tidak akan pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Mereka selalu menginginkan lebih, lebih, dan lebih. Lebih parah lagi jika mereka menginginkan sesuatu namun tidak memiliki semangat untuk mendapatkannya, hanya menunggu, seperti bunga yang menunggu lebah untuk datang. Sifat manusia yang seperti itu terkadang menyebabkan mereka melewatkan hal penting yang sebenarnya sudah ada di depan mereka dan selama ini hal itu yang sebenarnya mereka cari. Namun, lagi-lagi karena sifat mereka yang tak cukup hanya satu, hal istimewa tersebut terabaikan. Manusia juga memiliki sifat penguasa. Sifat yang menjadikan manusia bisa memerintah sesuai dengan keinginan hati mereka. Sering kali juga sifat tersebut mengakibatkan perilaku yang tak terpuji dan tak adil. Seorang penguasa sejatinya harus mengenal segala sesuatu yang berada di sekitarnya, salah satunya seperti tingkat atau batas kemampuan seseorang. Seseorang yang tak memiliki kemampuan maupun sudah mencapai batas kemampuan yang dimilikinya atas suatu hal, namun masih tetap saja diminta untuk melakukan hal tersebut oleh sang penguasa, maka sang penguasalah yang patut disalahkan. Pengusa seharusnya memiliki sifat mengayomi dan mengerti pada keadaan manusia disekitarnya. Salah satu pesan lainnya yang tersirat dalam buku Le Petit Prince ini adalah kebiasaan manusia yang terkadang melakukan sesuatu yang buruk dan tidak berguna hanya untuk bisa melupakan suatu kejadian atau masa lalunya yang kelam. Manusia senang untuk menyakiti diri sendiri untuk bisa menutupi rasa sakit yang dideritanya. Padahal masih banyak cara positif lain yang dapat dilakukan.

Buku Le Petit Prince secara tidak langsung membantu membuka wawasan dan pemikiran kita sebagai manusia, yang memiliki segala keistimewaan yang diberikan oleh Sang Pencipta. Tujuannya tak lain hanya untuk menjadikan hidup lebih baik dan berharga. Menciptakan banyak memori indah dengan segala pesan di dalamnya, serta senantiasa bermanfaat bagi sekitar dan sesamanya.

 

Kelebihan:

  1. Buku Le Petit Prince dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi sederhana yang dapat membantu pembaca untuk semakin memahami konteks cerita yang disajikan oleh penulis serta untuk menarik minat pembaca
  2. Terdapat banyak pesan kehidupan yang ingin disampaikan oleh penulis lewat buku Le Petit Prince
  3. Pembaca diajak untuk melihat dunia dari sisi anak kecil, sehingga hal tersebut menjadi pengalaman baru dan unik bagi pembaca.

 

Kekurangan:

  1. Terkadang pemilihan dan penyusunan kata yang terlalu puitis menyebabkan kebingungan bagi pembaca yang masih awam dengan buku genre ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH

MAAF TUHAN AKU HAMPIR MENYERAH (Sumber: goodreads.com) Malang, LPM AQUA -Jumat (08/04/2022) Buku dengan judul “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” merupakan karya Alfialghazi yang sukses menarik pembaca dalam tulisannya. Buku ini mengajarkan mengenai lika-liku kehidupan dengan surga sebagai akhir. Buku ini memberikan inspirasi serta motivasi bagi mereka yang terpuruk dan mendorong seseorang untuk bangkit kembali. Tidak semua hal dalam kehidupan berjalan seperti yang kita inginkan. Ada saatnya harapan yang kita impikan serta langkah yang telah kita tuai dihentikan secara paksa. Rasa putus asa yang muncul dalam menjalani kehidupan hingga muncul keinginan untuk menyerah. Dalam buku ini dijabarkan bahwa setiap orang memiliki masalah serta kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang berbeda-beda. Selain itu, buku “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” mengajarkan untuk beristirahat ketika lelah terhadap hiruk pikuk kehidupan, semangat untuk jangan menyerah, serta semangat untuk bangkit demi menc...

ESAI: The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education

  The Significance of Identity Formation in Early Childhood Education By: Mutahassin Bilhaq mentatdgt_pexels.com Malang, LPM AQUA -Wednesday (29/12/2021) Since March 2020, Indonesia has been experiencing a Covid-19 pandemic. This condition undoubtedly has a significant impact on several sectors, including education. Regulations imposed by the government, such as the wearing of masks, the keeping of a safe distance, the prohibition of gathering, and so on, have caused many agencies, including educational institutions, to implement a variety of new policies in the conduct of their activities. At the start of the pandemic, the government instructed people to study for 14 days online from home, and it turned out that this instruction was extended into the following year. When we arrive in November 2021, the world has changed dramatically. Many schools and universities throughout this country have and will continue to have limited face-to-face teaching and learning processes with stri...