Langsung ke konten utama

RESENSI BUKU: SENI TINGGAL DI BUMI

Seni Tinggal Di Bumi


(Sumber: Goodreads.com)

Oleh: Azzahidatul Husna N.


Judul: Seni Tinggal di Bumi

Penulis: Farah Qoonita

Penerbit: Kanan Publishing

Tahun terbit: 2018

Jumlah halaman: 178

Review:

Membaca buku Seni Tinggal di Bumi akan mengantarkan pembaca untuk menyadari bahwa banyak sekali pelajaran yang dapat kita temui dari berbagai macam peristiwa. Buku ini berisi 67 tulisan yang  dikelompokkan menjadi 6 tema besar, mulai dari Seni Melangkah di bumi tentang bagaimana kita hidup di bumi-Nya, Tentang Hati yang Ingin Dicintai, Tentang Perempuan, Manusia Langit, Dunia Disekitarmu, dan terakhir Menapaki Keabadian yang ditujukan untuk bagaimana seharusnya kita bersikap setelah menemui kematian. Seni Tinggal di Bumi yang ditulis oleh Farah Qoonita ini di dalamnya terdapat kisah-kisah yang mungkin pernah kita dengar atau baca, yang dikemas dengan menghubungkannya pada peristiwa yang terjadi sehari-hari. Penulis menyampaikan bahwa buku ini ditulis dengan menggabungkan berbagai informasi yang kemudian dianalisis dengan Al-Qur'an dan hadist untuk mendapatkan pesan dan hikmah yang ingin disampaikan. 

Kelebihan: 

Buku ini berisi hal-hal yang relevan dengan peristiwa-peristiwa yang sering terjadi pada manusia yang dikemas dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami pembaca. Pada setiap subbabnya kita dapat memetik pesan-pesan yang dapat membantu kita untuk semakin peduli dengan apa yang sudah dan sedang terjadi di sekitar kita. Yang menarik dari buku ini, pembaca dapat membaca dari judul subbab mana saja, seperti pembaca bebas memilih pesan apa yang ingin pembaca dapat hari ini?

Kekurangan: 

Terdapat beberapa halaman yang memiliki space terlalu banyak dari satu paragraf ke paragraf lain yang masih dalam satu kesatuan tulisan, sehingga dapat membingungkan pembaca apakah topik ini sudah selesai ataukah belum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: PERTEMUAN DUA HATI

PERTEMUAN DUA HATI (Sumber: bukabuku.com) A.                Identitas Buku a)                  Judul Buku                  : Pertemuan Dua Hati b)                  Pengarang                   : Nh. Dini c)                   Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Jakarta d)                  Tahun Terbit  ...

CERPEN: BUNGA YANG TERINJAK

  Bunga yang Terinjak (karya: Najla Kamiliya Gunawan ) (sumber: pinterest) Jam berdetak dengan keras mengikuti irama jantung. Dalam lorong yang gelap, beberapa wanita duduk dengan penuh ketegangan. Mereka duduk berjejer di lorong, tatapan yang penuh kecemasan saling bertaut dalam keheningan yang mencekam. Udara terasa beku, seolah lorong itu menjadi panggung bagi pertunjukan ketidakpastian. Setiap napas terasa berat, seakan-akan mereka menanti waktu yang akan mengguncang fondasi kehidupan mereka.  Dahinya basah berkeringat meskipun udara malam dingin menusuk panca indra. Dengan susah payah, ia kembali menelan salivanya. Bola matanya bergetar memancarkan ketakutan tatkala memandang kejadian mengerikan itu dari balik tirai, hatinya berdebar-debar di tengah ketakutan. Kegelapan malam menyaksikan bayangan-bayangan kekerasan, dan ia merasa terjebak dalam dunia gelap yang tak bisa diubah. Ia sontak menundukkan pandangannya, membiarkan rambutnya menutupi wajahnya, karena tak...