Inovasi Mahasiswa FPIK UB : Moristin, Body Lotion untuk Cegah Covid-19
Produk
lotion Moristin (MORInga oleifera dan
kulit ikan paTIN) ini dibuat dengan menggunakan ekstrak daun kelor dan kolagen
dari kulit ikan patin. Ada alasan tersendiri mengapa tim yang diketuai oleh
Indri Dwi Fitria dan beranggotakan Rani Elvira, Jamiilah, Kevin, dan Alfain
Homis Fadil memilih kedua bahan alami tersebut sebagai bahan utama dalam
pembuatan lotion Moristin ini.
“Karena
di daun kelor itu terdapat flavonoid yang diduga berpotensi untuk menghambat
interaksi dari virus covid-19 tersebut. Sedangkan kalau di kulit ikan patin itu
terdapat kolagen yang bagus untuk melembabkan kulit, mencegah penuaan dini,
menambah elastisitas kulit manusia,” ujar Jamiilah salah satu anggota tim Moristin
yang bergerak di bidang pemasaran.
Produk
lotion Moristin yang dihasilkan oleh mahasiswa FPIK Universitas Brawijaya yang
dibimbing oleh bapak Mukhammad Fakhri, S.Pi, MP., M.Sc., produk
ini memiiki banyak manfaat. Selain diduga dapat membantu
mencegah penularan covid-19, lotion Moristin juga bermanfaat untuk melembabkan
kulit, mencegah penuaan dini, serta dapat menambah elastisitas kulit. Tujuan
utama dibuatnya lotion ini adalah untuk mengatasi permasalahan masyarakat yang
sering merasa kering pada kulitnya setelah menggunakan hand sanitizer.
“Untuk
kenapa bisa membuat lotion ini karena di masa pandemi ini kan, masyarakat
sering menggunakan hand sanitizer, namun hal itu kadang bisa membuat kulit
menjadi kering kan. Nah jadinya kami membuat inovasi body lotion ini yang mana bisa sebagai alternatif hand sanitizer dan juga body lotion ini
bisa melembabkan kulit, mencegah penuaan dini juga menambah elastisitas kulit,”
terang Jamiilah
Proses
produksi dari produk lotion Moristin dilakukan di laboratorium FPIK Universitas
Brawijaya dengan cara mencampurkan fase air (aquadest, ekstrak daun kelor,
kolagen kulit ikan patin, gliserin, dan tween 80) dengan fase minyak castor
oil, cocoa butter, asam stearat). Riset mengenai bahan baku dan kandungannya
dilakukan terlebih dahulu sebelum proses produksi berlangsung yang diperkirakan
mencapai waktu tiga bulan hingga dihasilkan produk jadi.
Jamiilah
mengungkapkan bahwa selama proses pembuatan produk Moristin mengalami beberapa
kendala, salah satunya susahnya akses penggunaan laboratorium untuk proses
riset dan proses produksi.
“Kalau
kendala lebih karena pandemi ini memang segalanya terbatas ya.. jadi untuk uji-uji ya
terbilang susah karna banyak laboratorium yang tutup. Sedangkan, kalau untuk
dana sendiri, kami mendapatkan bantuan dari pihak Dikti”
Saat
ini produk lotion Moristin sudah dipasarkan secara luas. Pemasaran dilakukan
dengan menjualnya di beberapa online shop seperti shopee (@moristin.id) dan
tokopedia (@moristin_id). Namun, dibalik produk lotion yang sudah dipasarkan
ini, pihak tim masih memilih untuk melakukan proses produksi sendiri.
“Untuk
produksi masih produksi sendiri dari kami tim Moristin tidak ada kerja sama dengan pihak
lain dalam proses produksi. Namun, untuk supply bahan baku, ada kerja sama dengan mitra bahan baku. Kalau untuk
produksi secara massal dengan tempat yang terbatas masih memungkinkan kerja
sama dengan pihak lain namun tentunya dengan beberapa pertimbangan nantinya,”
“Kalau
untuk kerjasama dengan pihak lain bisa jadi ada untuk kedepannya, namun
tentunya kami akan mematenkan produk ini terlebih dahulu,” terang Jamiilah.
Dengan
adanya produk lotion Moristin, pihak tim Moristin berharap dapat diterima
dengan baik di masyarakat dan dapat membantu dalam masa pandemi, terutama bagi
yang memiliki masalah kulit kering karena penggunaan hand sanitizer secara terus menerus.
Reporter : Dian Nisa
Komentar
Posting Komentar