Memperdalam Kasus Krisis Air Bersih
Oleh : Titis Dwi Andhani
Sebagai negara dengan jumlah
penduduk yang besar,
ketersediaan air bersih sangat diperlukan untuk menunjang kehidupan dan
kesejahteraan manusia. Indonesia
darurat kekeringan dan air bersih. Sepertinya itu sebuah slogan yang sudah
tidak asing lagi terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Kekeringan bukan
merupakan kasus baru di Indonesia, hampir setiap periode musim kering tiba,
maka sudah dapat dipastikan kasus kekeringan dan kasus krisis air bersih pasti
terjadi. Berdasarkan data yang dikutip dari Kompas.TV. 2020, terdapat data
bahwa tercatat bencana kekeringan yang melanda Grobogan, Jawa Tengah, kini kian
meluas. Bahkan jumlah daerah yang mengalami krisis air bersih bertambah 100
desa di 15 kecamatan pada bulan Oktober 2020. Daerah yang paling parah
mengalami kekeringan yakni di wilayah Grobogan bagian timur. BPBD Kabupaten
Grobogan terus menyalurkan air bersih ke sejumlah desa yang mengalami
kekeringan. Setiap hari 9 truk tangki menyalurkan air bersih dari Pemerintah
Daerah dan pihak swasta kepada warga yang terimbas kekeringan. Dibantu instansi
lain termasuk bantuan sukarelawan dan swasta, penyaluran air bersih terus
dilakukan ke desa-desa yang masih membutuhkan. Dari data BPBD grobogan, pada
akhir Oktober ini jumlah desa yang mengalami kekeringan dan kesulitan air
bersih semakin bertambah. Di akhir Agustus lalu jumlah wilayah yang mengalami
kekeringan sebanyak 50 desa di 8 kecamatan namun saat ini tambah meluas. Jumlah
truk tangki air terbatas sehingga penyaluran air bersih dilakukan secara
bergilir dengan mengutamakan lokasi yang paling parah, seperti wilayah
Kabupaten Grobogan.
Peningkatan
ekonomi dan pemadatan penduduk Indonesia selama kurun waktu 20 tahun terakhir,
tidak dibarengi dengan pemerataan akses air bersih di setiap wilayah. Kerap
kali masih banyak masyarakat yang mengeluh mengenai kurangnya ketersediaan air
bersih di daerahnya atau jikapun ada mereka harus berjalan beratus-ratus meter
untuk mendapatkannya. Sebanyak 33,4 juta
penduduk Indonesia masih krisis air bersih dan 99,7 juta jiwa
kekurangan akses untuk ke fasilitas sanitasi yang baik. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) menyebutkan capaian akses air bersih yang layak saat ini di
Indonesia mencapai 72,55 persen. Angka ini masih di bawah target Sustainable
Development Goals (SDGs) yakni sebesar 100%. Krisis air bersih menjadi masalah
yang belum kunjung menemukan titik temu. Masih banyaknya aduan-aduan mengenai
kurangnya pemerataan air bersih berarti masih belum optimal juga usaha
pemerintah untuk mengatasi kesenjangan kekurangan air bersih. Bertambahnya
jumlah penduduk juga menyebabkan masalah pencemaran air juga bertambah. Karena,
selain dari pengaruh bencana kekeringan, kurangnya ketersediaan air bersih juga
disebabkan oleh pencemaran yang sudah memasuki wilayah perairan.
Rendahnya
alokasi APBD tiap daerah yang digunakan untuk memperbaiki layanan air bersih
dan sanitasi. Berdasarkan data dari Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kementrian
Dalam Negeri, pada tahun 2010 yang lalu, rata-rata alokasi belanja sanitasi
seluruh kota dan kabupaten di Indonesia masih di angka 1,5% dari total belanja
APBD. Dibandingkan pada saat tahun 2006 yang alokasi rata-ratanya hanya 0.5%,
hal itu tentu mengalami kenaikan yang signifikan. Namun, berkaca dari kondisi
Indonesia saat ini, hal itu tentu jauh dari kata layak, karena kondisi sanitasi
dan air bersih di Indonesia telah mencapai taraf yang sangat memprihatinkan.
Kurangnya
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kualitas air masih belum
digalakkan. Sepertinya memang benar selain karena kurangnya pemerataan air
bersih, tetapi juga pemerataan pendidikan di Indonesia juga masih kurang.
Spanduk besar bertuliskan jangan membuang sampah di sungai pun diabaikan. Jika pemerataan pendidikan
sudah tercapai maka kesadaran mengenai pentingnya menjaga lingkungan juga sudah
tercapai dan krisis air bersih pun bisa teratasi. Pembuangan sampah di sungai,
pembuangan limbah detergen di sungai dan limbah buangan pabrik yang semuanya
dialirkan di sungai akan berpengaruh buruk terhadap kondisi air, terutama jika
bagi masyarakat yang sangat mengandalkan air sungai untuk kebutuhan
sehari-hari. Masalah mengenai krisis air
bersih tidak akan terselesaikan dengan baik jika tidak didukung dengan oleh kesadaran
dari masyarakat. Semua akan berjalan dengan baik jika semua pihak mendukung dan
memiliki kesadaran yang tinggi mengenai lingkungan.
Komentar
Posting Komentar