Pelangi Dibawah Langit Basah
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Langit. Ia adalah seorang pelukis yang menghabiskan sebagian besar waktunya di tepi sungai, menciptakan lukisan-lukisan indah yang terinspirasi dari alam sekitarnya. Namun, meski hidup dikelilingi keindahan, hatinya terasa sepi. Suatu sore, saat langit mulai gelap, Langit melihat seorang gadis duduk di tepi sungai. Gadis itu bernama Senja pendatang baru di desa itu. Dengan rambut panjang yang tergerai dan mata yang bersinar, Senja tampak terpesona oleh keindahan alam di sekelilingnya. Langit merasa tertarik dan, tanpa ragu, ia mendekatinya.
"Hai, aku Langit. Apa yang kamu lukis?" tanyanya sambil melihat sketsa di tangan Senja. Senja tersenyum. "Aku sedang mencoba menggambar pemandangan ini, tapi rasanya sulit. Kamu seorang pelukis?" Langit mengangguk. "Aku lebih suka melukis lanskap. Mari aku tunjukkan beberapa teknik."
Mereka menghabiskan sore itu bersama, berbagi cerita dan tawa. Langit menjelaskan teknik melukis, sementara Senja mengungkapkan cintanya pada seni. Langit merasa hangat di dalam hati. Sesuatu tentang Senja membuatnya merasa hidup kembali. Seiring berjalannya waktu, Langit dan Senja semakin akrab. Mereka menjelajahi desa, menyaksikan matahari terbenam, dan berbagi impian. Namun, di balik senyuman Senja, Langit merasa ada yang mengganjal. Senja sering melihat ke arah jalan raya, seolah menunggu sesuatu. Suatu hari, saat hujan turun deras, Langit mengajak Senja ke rumahnya untuk berlindung. Dalam kehangatan rumah kayu sederhana itu, mereka berbagi cerita tentang masa lalu. Senja mengungkapkan bahwa ia telah pindah ke desa ini untuk melupakan kenangan pahit di kota besar.
"Dulu, aku memiliki mimpi besar, tapi semua itu hancur ketika aku kehilangan seseorang yang aku cintai” kata Senja dengan suara bergetar. "Aku hanya ingin menemukan kebahagiaan lagi." Langit merasa tergerak. Ia ingin membantu Senja menemukan kebahagiaannya kembali. "Kau tidak sendirian. Kita bisa menciptakan kenangan baru bersama," ucap Langit sambil menggenggam tangan Senja.
Malam itu, setelah hujan reda, Langit mengajak Senja ke luar. Cakrawala berkilau dengan bintang-bintang. Mereka berbaring di rumput, menatap langit. Langit menceritakan kisah-kisah bintang, sementara Senja mendengarkan dengan penuh perhatian. Dalam momen itu, mereka merasa terhubung lebih dari sebelumnya. Namun, kegembiraan itu tidak bertahan lama. Beberapa minggu kemudian, Senja menerima kabar bahwa keluarganya ingin dia kembali ke kota. Langit merasa hatinya hancur. Ia tidak bisa membayangkan kehilangan Senja. Di malam terakhir mereka bersama, Langit mengajak Senja ke tepi sungai. Mereka berdiri di bawah sinar bulan, merasakan udara segar di wajah mereka. " Senja, aku… aku merasa ada sesuatu yang lebih antara kita," ungkap Langit dengan suara bergetar.
Senja menatapnya dengan mata penuh harapan. "Aku juga merasakannya, Langit. Tapi aku harus pergi." Langit menarik napas dalam-dalam. "Tapi… kita bisa tetap berhubungan. Kita bisa…" Senja memotongnya. "Aku ingin, tapi… aku tidak tahu apakah aku bisa kembali. Kota itu memanggilku." Di bawah hujan gerimis, Langit meraih tangan Senja. "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu. You’re my muse Senja."
Senja mengangguk, air mata
mengalir di pipinya. Mereka saling berpelukan, merasakan hangatnya kehadiran
satu sama lain. Di momen itu, waktu seakan berhenti. Mereka tahu bahwa meski
jarak akan memisahkan, cinta yang tumbuh di antara mereka akan selalu ada. Keesokan
harinya, Senja pergi. Langit berdiri di tepi jalan, melihat Senja menghilang
dalam kerumunan. Ia merasa hampa, tetapi hatinya dipenuhi harapan. Ia berjanji
untuk melukis setiap kenangan yang mereka bagi, setiap senyuman Senja, dan
setiap bintang yang bersinar.
Bertahun-tahun berlalu, Langit menjadi pelukis terkenal, karyanya dipenuhi dengan nuansa cinta dan harapan. Suatu malam, saat ia sedang melukis di tepi sungai, ia melihat seseorang mendekatinya. Hatinya berdebar. Itu Senja, dengan senyuman yang tidak pernah ia lupakan.
" Senja!" teriak Langit, berlari mendekatinya. Senja tersenyum, matanya bersinar seperti bintang. "Aku kembali, Langit. Aku sudah menemukan kebahagiaanku." Langit meraih tangan Sari dan menariknya ke pelukannya. "Aku tahu kamu akan kembali."
Di bawah langit berbintang, Langit
dan Senja menyadari bahwa cinta mereka tidak akan pernah pudar, terlepas dari
waktu dan jarak. Mereka berdua, di bawah hujan gerimis dan cahaya bulan, siap
untuk menulis babak baru dalam kisah mereka—sebuah perjalanan cinta yang abadi.
Komentar
Posting Komentar