Sertifikasi AQAS FPIK UB: Apa Dampaknya bagi Fakultas dan Mahasiswa?
(Sumber: Dok. LPM AQUA)
Malang,
LPM AQUA-Selasa (21/06/2022)
AQAS (Agency for Quality Assurance through Accreditation of Study Programmes)
menjadi salah satu cara yang digunakan oleh FPIK UB untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Pada kesempatan kali ini, FPIK UB menjadi salah satu fakultas yang
telah melakukan sertifikasi AQAS pada 06 Juni 2022 hingga 11 Juni 2022. Namun,
sejatinya apa dampak yang bisa didapatkan oleh FPIK dan mahasiswa FPIK dengan hasil
sertifikasi AQAS tersebut dan bagaimana proses sertifikasi tersebut berlangsung?
Mari kita telusuri lebih lanjut.
Apa
itu AQAS?
(Sumber: wikipedia.com)
AQAS
atau Agency for Quality Assurance through Accreditation of Study Programmes
merupakan sebuah lembaga akreditasi internasional yang menilai standar kualitas
universitas yang ada di dunia berdasarkan standar pendidikan tinggi Eropa. Adanya
sertifikasi AQAS ini akan membantu perguruan tinggi atau instansi pendidikan
untuk meningkatkan sistem pendidikannya. Hal tersebut sejalan dengan tujuan
pemerintah Indonesia untuk mendorong internasionalisasi pendidikan dan mencoba
menyamakan standar pendidikan tinggi yang ada di Indonesia dengan standar
pendidikan tinggi di negara maju, termasuk Eropa.
“AQAS
ini kan standar yang diacu adalah standar pendidikan di Eropa. Nah, kenapa AQAS
dipilih, salah satunya karena pemerintah Indonesia (re: yang bertujuan) untuk
mendorong internasionalisasi pendidikan, mencoba menyamakan standar-standar
pendidikan tinggi yang ada di Indonesia dengan standar pendidikan tinggi di
negara maju, termasuk di Eropa,” jelas Pak Andi selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik FPIK UB.
Apa
saja persiapan yang dilakukan oleh FPIK?
Persiapan
yang perlu dilakukan oleh FPIK untuk sertifikasi AQAS yaitu mempersiapkan
beberapa dokumen, salah satunya dokumen evaluasi diri atau self evaluation
report. Dokumen tersebut nantinya akan dikirimkan ke pihak AQAS dan akan
ditindak lanjuti terkait dengan poin-poin apa saja yang perlu diperbaiki dari
FPIK UB. Tahapan selanjutnya akan dilakukan visitasi secara daring yang
kemudian dilanjutkan dengan visitasi secara fisik. Saat visitasi secara daring,
tim AQAS mengevaluasi dokumen self evaluation report. Sedangkan nantinya
saat visitasi secara fisik, tim penguji AQAS akan mem-verifikasi fasilitas
fisik yang ada di FPIK UB.
“Pada
prinsipnya untuk menghadapi persiapan AQAS ini kita bisa membagi ada empat
tahapan yang kita lakukan, yang pertama adalah mempersiapkan dokumen evaluasi
diri atau self evaluation report. Penyiapan dokumen self evaluation
report ini memakan waktu, dimulai sekitar 2 tahunan yang lalu,” jelas Pak
Andi.
Bagaimana
sistem pelaksanaan sertifikasi AQAS?
Sertifikasi
AQAS dilakukan dalam empat tahapan, yaitu persiapan dokumen, penilaian oleh tim
AQAS, proses revisi, serta proses visitasi. Tahap pertama, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa lembaga pendidikan yang ingin melakukan sertifikasi
AQAS diharuskan mengirimkan dokumen evaluasi diri atau self evaluation
report. Dokumen tersebut nantinya akan membantu tim penilai AQAS untuk
menentukan lembaga pendidikan tersebut sudah masuk dalam kriteria AQAS atau
belum. Tim penilaian AQAS akan memberikan nilai sekaligus rincian dan beberapa
pertanyaan terkait dengan manajemen sistem pembelajaran yang ada serta beberapa
rincian revisi yang perlu dibenahi oleh lembaga pendidikan tersebut. Tahapan
akhir dari proses sertifikasi AQAS adalah proses visitasi. Proses visitasi ini
dilakukan dalam dua tahap, yaitu secara daring dan secara fisik. Visitasi secara
daring dilakukan untuk mengklarifikasi dokumen self evaluation report
yang telah dikirimkan. Sedangkan visitasi secara fisik akan dilakukan
verifikasi terkait fasilitas fisik apa saja yang menunjang sistem pembelajaran
yang ada pada lembaga pendidikan tersebut.
“Jadi
kemarin visitasinya daring. Daring itu mengklarifikasi self evaluation report
yang kita kirimkan dan nanti pada saat luring mereka datang ke sini akan mem-verifikasi
fasilitas fisik,” ungkap Pak Andi.
“Kalau
yang kemarin tanggal 08-10 Juni itu visitasi daring, lebih ke substansi, jadi
kayak kurikulum, pelaksanaan, kegiatan belajar mengajar, fasilitas, itu yang
divisitasi. Nah juga sudah masuk ke fasilitas sarana dan prasarana. Mereka akan
mengkonfirm itu semua nanti bulan Agutus,” sambung Pak Andi terkait dengan
sistem pelaksanaan sertifikasi AQAS di FPIK UB.
FPIK
dalam proses sertifikasi AQAS ini telah membentuk Tim AQAS yang berisi 11
perwakilan dosen dari setiap program studi. 11 perwakilan dosen tersebut yang
menjadi representasi dan mewakili setiap program studi dalam proses wawancara
yang dilakukan oleh tim penguji AQAS. Tim penguji AQAS sendiri terdiri atas 6 panel
expert yang bertugas untuk menjadi evaluator dan menilai FPIK UB
berdasarkan standar AQAS yang digunakan.
Adakah
kendala yang dihadapi oleh FPIK?
Selama
pelaksanaan sertifikasi AQAS terdapat beberapa kendala yang dapat menghambat
proses sertifikasi. Masih berhubungan dengan manajemen sistem pembelajaran AQAS
yang mengacu pada standar pendidikan Eropa, sehingga semua lembaga pendidikan
yang ingin mendapat sertifikat AQAS perlu untuk menyesuaikan standar
pendidikannya dengan standar pendidikan Eropa. Pak Andi mengungkapkan bahwa kendala
tersulit yang dihadapi oleh FPIK yaitu saat penyampaian standar pendidikan secara
administrasi yang terasa sulit dan harus hati-hati. Selain itu adanya penjelasan
perspektif kurikulum yang dimiliki oleh FPIK kepada tim penguji AQAS juga
menjadi poin sulit yang harus dihadapi.
Salah
satu poin penting terkait dengan kurikulum yang dimiliki oleh FPIK yaitu lokasi
institusi yang memiliki jarak terbilang jauh dengan pesisir atau laut,
sedangkan FPIK merupakan fakultas yang bergerak dalam bidang perikanan dan
kelautan. Hal ini tentu berbeda dengan standar pendidikan Eropa, yang mana suatu
institusi pendidikan yang bergerak dalam bidang khusus selalu berdekatan dengan
sumber daya yang dipelajari. Hal tersebut menjadi tantangan yang dihadapi FPIK
dalam sertifikasi AQAS ini.
“Kesulitan
yang paling tinggi menurut saya pribadi adalah mengsinkronkan standar
pendidikan Indonesia dengan standar pendidikan yang dianut di Eropa. Karena
sebetulnya standarnya sama, hanya saja penyampaiannya yang secara administrasi
berbeda. Itu menurut saya yang paling susah,” jelas Pak Andi.
“Yang
kedua masih tentang standar itu, menjelaskan perspektif kurikulum yang kita
punya ke mereka. Brawijaya itu marine science tapi kampusnya di puncak
gunung. Nah, sementara kalo di Eropa biasanya marine science kampusnya
ya di pesisir. Itu bagi mereka menjadi hal yang ‘Kok bisa ya?’, walaupun bagi
kita bukan hal yang tidak bisa kan,”
“Nah,
sebenarnya secara prinsip tidak ada perbedaan signifikan, tapi bagaimana bisa
membuat mereka paham, mengerti, kemudian ‘oh walaupun berbeda pendekatannya
tapi memenuhi standar’. Ini yang tricky, yang sulit,” sambung Pak Andi
terkait kendala yang dihadapi saat proses sertifikasi AQAS.
Bagaimana
hasil sertifikasi AQAS yang diterima oleh FPIK?
Saat
ini FPIK UB masih menunggu informasi lebih lanjut dari tim AQAS terkait penilaiannya.
Tahapan visitasis AQAS secara fisik pun masih akan berlangsung pada bulan
Agustus mendatang, sehingga saat ini FPIK masih melakukan persiapan lebih
lanjut untuk tahap visitasi selanjutnya.
“Secara
umum, komentar mereka tidak ada yang mengatakan bahwa FPIK UB tidak memenuhi syarat,
tidak ada. Tapi mereka memberikan catatan-catatan yang perlu diperjelas,
seperti tadi penyusunan kurikulum, terus yang kedua penjelasan bagaimana kampus
di puncak gunung bisa punya marine science. Kita di tahapan sekarang
sedang menunggu secara tertulis komentar itu,” ungkap Pak Andi.
Dampak
baik sertifikasi AQAS untuk FPIK dan Mahasiswa
Adanya
sertifikasi AQAS ini tentunya akan memiliki dampak baik bagi fakultas dan
mahasiswanya. Seperti yang telah dijelaskan oleh Pak Andi saat proses
wawancara, adanya sertifikasi AQAS ini dapat membantu FPIK untuk semakin
meningkatkan kualitasnya yang memenuhi standar dan terpercaya, tak hanya dari
manajemen sistem pembelajarannya tapi juga meningkatkan reputasi FPIK UB. FPIK
UB juga akan lebih mudah untuk melakukan kolaborasi-kolaborasi dengan tujuan
meningkatkan kualitas maupun relasi.
Disamping
itu, dampak baik yang dapat dirasakan oleh mahasiswa adalah mudahnya sistem
akademik bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan program S2 ke luar negeri
terutama di Benua Eropa. Pencarian lapangan kerja pun akan lebih dimudahkan
dengan adanya sertifikasi AQAS ini. Perusahaan akan melihat bahwa alumni-alumni
yang berasal dari FPIK UB memiliki kualitas yang baik.
“FPIK
UB yang berkualitas dengan adanya AQAS, kita mendapat masukan yang tidak pernah
terpikirkan oleh saya sebelumnya tentang penataan kurikulum, tentang bagaimana
me-manage berjalannya praktikum misalnya. Kedua FPIK UB bereputasi,
kalau reputasi berarti kan kita dikenal. Kita dikenal dengan kualitas kita yang
memenuhi standar yang terpercaya sehingga untuk alumni sendiri menjadi lebih
mudah, tidak susah-susah untuk membuktikan diri berasal dari perguruan tinggi
atau prodi yang baik,”
“(re:
mahasiswa FPIK UB) S2 di Eropa, kemudian universitasnya melihat FPIK UB tersertifikasi
AQAS, ya sudah tidak ada masalah. Mereka tidak akan mengharuskan materikulasi
maupun yang lain. Termasuk untuk bekerja di perusahaan. Tersertifikasi AQAS itu
bukan satu-satunya, tapi salah satu cara kita menunjukkan bahwa kita me-manage
dengan terencana, dengan baik, sehingga kalau mahasiswa melewati proses ini
mestinya alumninya sebagian besar juga memenuhi standar-standar yang baik,” jelas
Pak Andi terkait dampak adanya sertifikasi AQAS.
Rencana
FPIK UB yang diungkapkan oleh Pak Andi ke depannya setelah adanya AQAS yaitu terus
meningkatkan kualitas maupun reputasi FPIK UB. Harapan Pak Andi dengan adanya
sertifikasi AQAS ini akan terus meningkatkan kualitas, baik dari FPIK UB maupun
mahasiswanya.
“Dengan
sertifikasi AQAS ini harapan kami (re: dapat) disadari sebagai upaya untuk
membuka peluang lebih baik untuk mahasiswa dan alumni dan menjadi panduan kita
untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang ada. Oleh karena itu seiring dengan
sertifikasi AQAS ini, manfaatkan peluangnya, minta doa dan dukungannya dan
berikan masukan apa yang bisa kita perkuat untuk memenuhi standar-standar
pendidikan.” (dnp)
Komentar
Posting Komentar