Langsung ke konten utama

RESENSI BUKU: PAHAT HATI

PAHAT HATI

Oleh: Grace Johana A. S.

(Sumber: Dok. LPM AQUA)

Judul                       : Pahat Hati

Penulis                    : Andi Tenri Ayumayasari

Penerbit                   : Matahari

Cetakan Pertama           : Oktober 2013

Tebal                       : 200 halaman

Novel ini adalah novel yang bertema humor dan penuh haru yang dikhususkan untuk membawa pembacanya tidak hanya membaca kisahnya saja namun, akan menemukan kisah-kisah lucu dan dongkol seputar tokoh yang ada di dalam novel ini. Novel ini bercerita tentang Cherry, seorang gadis yang ceria, setia kawan, tapi jutek dan galak jika sedang berurusan dengan Dicky. Adapun Dicky, diceritakan sebagai cowok playboy stadium akhir, yang mudah bergonta-ganti pacar. Namun demikian, Dicky ini digandrungi oleh banyak cewek di sekolah. Pertemuan Cherry dan Dicky adalah serba kebetulan. Berawal ketika mereka secara tak sengaja menyetop taksi yang sama, yang berujung pada pertengkaran antar keduanya. Mereka kemudian bertemu lagi sebab dengan tak sengaja mereka menyewa apartemen yang sama. Semua ketidak sengajaan yang menimpa mereka berdua terus terjadi hingga pada akhirnya mereka harus dijodohkan. Hingga pada akhirnya mereka berdua pun masing-masing luluh dengan perasaan mereka. Namun, dibalik semua kisah mereka, terdapat sebuah rahasia yang disembunyikan oleh salah satu diantara mereka.

Novel ini memiliki keunggulan dari segi karakteristik tokoh-tokoh di dalamnya yang membuat para pembaca dapat dengan mudah memahami karakter para tokoh. Novel ini juga dipenuhi oleh cerita-cerita lucu dan romantis sehingga dapat membuat pembaca merasa greget dan penasaran akan kelanjutannya. Novel ini juga mengangkat kisah romantis yang banyak disukai oleh para remaja.

Pemilihan kata-kata yang terlalu banyak menggunakan bahasa-bahasa serapan remaja seperti gue, elo, dan lain-lain, membuat novel ini terlihat hanya dikhususkan untuk kalangan remaja saja. Terdapat beberapa bagian yang sedikit menyinggung tentang pergaulan bebas (contohnya saat mereka berdua memutuskan untuk tinggal satu atap) dan kehidupan mewah yang sangat dilebih-lebihkan. Novel ini mengambil setting di sekolah namun sangat disayangkan tidak ada sedikitpun bagian yang membahas tentang problematika pelajar pada umumnya, seperti PR dan mata pelajaran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: PERTEMUAN DUA HATI

PERTEMUAN DUA HATI (Sumber: bukabuku.com) A.                Identitas Buku a)                  Judul Buku                  : Pertemuan Dua Hati b)                  Pengarang                   : Nh. Dini c)                   Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Jakarta d)                  Tahun Terbit  ...

CERPEN: BUNGA YANG TERINJAK

  Bunga yang Terinjak (karya: Najla Kamiliya Gunawan ) (sumber: pinterest) Jam berdetak dengan keras mengikuti irama jantung. Dalam lorong yang gelap, beberapa wanita duduk dengan penuh ketegangan. Mereka duduk berjejer di lorong, tatapan yang penuh kecemasan saling bertaut dalam keheningan yang mencekam. Udara terasa beku, seolah lorong itu menjadi panggung bagi pertunjukan ketidakpastian. Setiap napas terasa berat, seakan-akan mereka menanti waktu yang akan mengguncang fondasi kehidupan mereka.  Dahinya basah berkeringat meskipun udara malam dingin menusuk panca indra. Dengan susah payah, ia kembali menelan salivanya. Bola matanya bergetar memancarkan ketakutan tatkala memandang kejadian mengerikan itu dari balik tirai, hatinya berdebar-debar di tengah ketakutan. Kegelapan malam menyaksikan bayangan-bayangan kekerasan, dan ia merasa terjebak dalam dunia gelap yang tak bisa diubah. Ia sontak menundukkan pandangannya, membiarkan rambutnya menutupi wajahnya, karena tak...