Langsung ke konten utama

HARIAN AQUA (Vol: 39): KONSERVASI MANGROVE DALAM UPAYA EKOSISTEM BERKELANJUTAN

Konservasi Mangrove dalam Upaya Ekosistem Berkelanjutan

(Sumber: iconcom-canva.com)

Malang, LPM AQUA-Selasa (08/11/2022) Hutan merupakan salah satu elemen bumi yang berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Namun, sangat disayangkan bahwa kondisi hutan Indonesia saat ini semakin menipis. Pembukaan lahan, pembangunan hunian warga, penebangan liar, masih banyak lagi kegiatan yang menjadi sumber penyebab gundulnya hutan-hutan yang ada di Indonesia saat ini. Perbaikan di sana sini sudah coba dilakukan, namun tak sebanding dengan banyaknya pohon yang ditebang secara terus menerus.

Apabila diperhatikan kembali, Indonesia memiliki potensi lain yang dapat membantu untuk menyerap emisi karbon. Ekosistem pesisir seperti mangrove, seagrass (tumbuhan laut) dan seterusnya dapat berfungsi sebagai penyerap karbon. Umumnya, karbon-karbon tersebut akan diserap oleh mangrove maupun seagrass yang selanjutnya akan disimpan. Emisi karbon yang tersimpan tersebut disebut sebagai Blue Carbon.

“Mangrove itu sebenarnya adalah ekosistem yang bahkan paling besar dalam menyimpan karbon. Bahkan tercatat bahwa sebenarnya, kalau saya tidak salah datanya mangrove itu mampu menyimpan sekitar 3,1 miliyar ton dan itu setara dengan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari 2,5 miliyar kendaraan yang dipakai per tahun,” jelas Pak Alfi salah satu dosen FPIK.

Sebanyak 23% ekosistem mangrove terdapat di Indonesia. Itu artinya Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memanfaatkan mangrove tersebut sebagai ekosistem Blue Carbon. Perlu adanya pengelolaan dan konservasi terhadap ekosistem mangrove sehingga tidak rusak akibat adanya kegiatan warga, seperti pembukaan lahan untuk tambak dan seterusnya.

Mangrove dapat dikatakan mampu untuk membantu mengurangi emisi karbon apabila dikelola dengan baik. Mangrove sering kali diabaikan sehingga tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Sebenarnya sudah banyak ekowisata Indonesia yang bertemakan mangrove, namun sering kali dalam pengelolaannya masih kurang sehingga esensi dari keberadaan mangrove tersebut dianggap masih kurang.

“Bagus sih konsep ekowisata mangrove itu sebenarnya, jadi mangrove dibuat konsep wisata. Hanya saja kadang kala saya menyayangkan terkadang wisatawan yang datang ke situ tidak terkontrol, yang tadinya kita mau membuka wawasan agar masyarakat tahu tentang mangrove melalui ekowisata, justru mangrove tersebut malah rusak setelah dibuka sebagai ekowisata,” ungkap Pak Alfi.

Adanya kekhawatiran tersebut mendorong generasi muda agar paham dengan manfaat adanya ekosistem mangrove. Pemahaman tersebut akan sangat bermanfaat untuk membantu kelanjutan konservasi mangrove yang sudah dilakukan saat ini. Pemahaman dalam pemanfaatan mangrove yang sesuai dengan takaran dan tidak mengeksploitasi serta merusak ekosistem dari mangrove tersebut.

“Bagaimana generasi penerus ini memang harus diberikan pemahaman bahwa sebenarnya mangrove bukan hanya tanaman liar, bukan hanya tanaman yang langsung jadi,atau tanaman yang tiba-tiba ada, tapi mangrove ini memang punya potensi yang luar biasa dan bagaimana generasi penerus ini memahami mangrove sebagai potensi untuk melindungi daerah pesisir khususnya dan seluruh daratan pada umumnya yang terkait dengan perubahan iklim tadi,”

“Jadi mulai dari dini muatan-muatan tentang tanaman mangrove kita masukkan ke dalam kurikulum IPA atau membuat muatan lokal, ekstrakulikuler peduli lingkungan yang concern untuk daerah pesisir itu. Sehingga dari situ kemudian orang-orang melihat mangrove itu sebagai sesuatu yang harus dijaga, bukan sesuatu yang dibiarkan begitu saja,” ungkap Pak Alfi. (dnp)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku: The 5 Levels of Leadership

  gambar: media.oiipdf.com Oleh : Mutahassin Bilhaq   Identitas Buku Judul               : The 5 Levels of Leadership Penulis            : John C. Maxwell Penerbit          : Center Street Tahun Terbit   : 2011 Halaman         : 452 halaman Kategori          : Leadership Bahasa             : Inggris Harga              : $17.66 Ringkasan "Leadership is one of my passions. So is teaching it. I’ve dedicate more than thirty years of my life to helping others learn what I know about leading. In fact, I spend about eight days every year teaching l...

HARIAN AQUA (Vol. 33): HARGA BBM NAIK, APA KATA MAHASISWA?

Harga BBM Naik, Apa Kata Mahasiswa? (Sumber: garta.com) Malang, LPM AQUA -Selasa (12/09/2022), BBM atau singkatan dari bahan bakar minyak merupakan jenis bahan bakar yang dihasilkan dari suatu pengilangan ( refining) minyak mentah ( crude oil ). Minyak mentah yang berasal dari perut bumi ini diolah dalam pengilangan dahulu untuk menghasilkan suatu produk-produk minyak yang termasuk di dalamnya yaitu BBM. Pemerintah pada S abtu, 3 September 2022, resm i menaikkan harga BBM atau menghapus subsidi BBM. Berbagai tanggapan menanggapi kenaikan dari harga BBM tidak menyurutkan langkah pemerintah. Harga Solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter. Sedangkan pertamax yang non-subsidi naik di harga Rp 14.500 dari sebelumnya Rp 12.500 per liter.      (Sumber: pertamina.com) Berbagai respon pun tertuai terutama dari kalangan mahasiswa. Para mahasiswa memberikan beragam tanggapan mengenai kenaikan BBM yang terjadi d...

RESENSI BUKU: SEIKHLAS AWAN MENCINTAI HUJAN

Seikhlas Awan Mencintai Hujan (Sumber: pustakabukubekas_pinterest.com) Malang, LPM AQUA -Jumat (25/03/2022) Buku ini mengajarkan cara bagaimana kita mengikhlaskan sesuatu yang kita sendiri tidak mau melepaskannya. Terkadang tuhan menghadirkan kehilangan bukan untuk ditangisi, tetapi untuk mengajari agar jangan terlalu dalam berharap pada seseorang. Tidak ada siapa pun yang akan sanggup kehilangan seseorang yang paling kita inginkan dalam hidup. Seseorang yang sangat kita harapkan untuk tinggal dan menua di bawah satu atap yang sama. Seseorang yang pernah kita bayangkan tentang menjalani suatu pagi dan menyambut matahari berdua bersama. Seseorang yang kepadanya ia pernah berencana membuat sepasang kursi, tempat di mana bisa duduk untuk menyaksikan langit senja. Seseorang yang kepadanya ia berjanji untuk saling menjaga hingga tutup usia.  Bagaimana bila nama yang kau sebut di sepertiga malammu bukan nama yang ingin Tuhan satukan denganmu?  Pada akhirnya, tidak ada yang mampu dil...