Langsung ke konten utama

Postingan

Cerpen : Dari Jendela Depresi

  Adalah lara yang tak terlihat. Dari diri yang tak sebenarnya Dari bahagia yang tertutup paksa, pada batin yang terbiasa oleh luka Aku rasa menertawai ketidakberdayaan adalah suatu yang wajar bagiku. Darinya aku belajar bahwa semua bahasa tak bisa terkatakan, dan mungkin warna, tatap, tangis, simbol, serta senyuman akan sedikit melukiskan; bahwa kita tak terluka sendirian dan untuk itu kita perlu saling membersamai tanpa niat bertambah melukai, seharusnya. Jangan membandingkan luka – Kita tak sama “Lagi….”,  untuk kesekian kali aku selalu terbangun di tengah malam dengan segala mimpi buruk, kulihat jam menunjukkan pukul 00.07 WIB, aku menghela nafas panjang dan sejenak aku terdiam, terpaku menatap dentingan jam di diding kamar. Seakan mengisyaratkan bahwa tak ada jeda sedikitpun untuk bernafas dan terlelap. Hampir setiap malam aku dilanda rasa ketakutan dan kebingungan, relung-relung di dadaku penuh sesak dan nadiku berdetak liar. Aku berusaha menutup kembali mataku, menarik ...

Puisi : Rindu Tak Bernada

  Ada rindu yang tak sempat aku ucapkan Dari dua jiwa yang berusaha kembali ku eratkan Dingin menyapa malam memberi keheningan Memaksa rasa kembali diteguhkan   Alur cerita belum sampai tujuan Namun radar dari Tuhan memberi sinyal untuk perpisahan Tetaplah genggaman harapan tak boleh lepas tangan Untuk menerka melangkah bersama angan Terselip doa untuk segera kembali berpegangan   Bisakah kau memberiku solusi untuk tak merindu? Tak mengapa jika kau tak menginginkan bertemu Mungkin raga mu sudah terlalu berat untuk bertemu Sudah terlalu pekat pula hadirmu dalam malamku Kurasa sudah cukup untuk pertanda kesabaran merindu Oleh : Titis Dwi Andhani

Opini : Tingkat Jabatan dan Pendidikan Tidak Menjadi Acuan Rasa Hormat

  Baru-baru ini tersiar kabar mengejutkan, seorang pimpinan tinggi yang memiliki gelar yang tinggi pula melakukan suatu tindakan rendahan. Terkait kasus penyuapan dan penangkapan di Bandara beberapa waktu lalu membuktikan bahwa untuk menilai tingkat kehormatan seseorang bukan gelar atau jabatan, melainkan sikap dan attitude. Berkacalah dari ‘Para Terhormat’ yang duduk dikursi eksklusif. Mari bicara tentang beberapa kasus memalukan yang terjadi di negara ini: Kasus Korupsi Pimpinan Daerah Sebut saja kasus Penerbitan Usaha Pertambang yang menggandeng nama pimpinan daerah. Dalam kasus ini negara menggalami kerugian hingga Rp 5,8 triliun dan 711 ribu dollar AS. Kasus Korupsi Seorang Ketua Umum Kasus korupsi E-KTP yang menjadi perbincangan panas beberapa tahun yang lalu menyeret Ketua Umum sebuah partai besar. Kasus ini menyumbangkan kerugian sebesar Rp 2,3 triliun untuk negara. Kasus Korupsi Pejabat Tinggi Bagaimana dengan kasus korupsi proyek Hambalang yang bahkan menyere...

Puisi : Ruang Temu

Aku memandang sunyi malam ini Bintangpun terlihat diam menanti pagi Jejak kaki perlahan berhenti Saat insan lelaki itu memutuskan berhenti berjalan tanpa aku disisi   Lara hati tak tahu diri Tetapi hati ini merasa wajib untuk menanti Berpisah tanpa tertawa Tanpa arti tanpa kata   Tanpa huruf tanpa angka Jadi pusing dibuatnya Rinai malam membuat tumbuh sejuta kenangan Hingga akhirnya aku tak lagi berkuasa untuk menahan   Raut mukaku terlihat memerah di cermin sudut ruangan Menandakan pagi nanti mataku akan sembab dan membesar ketika terbangun Hingga pada akhirnya aku tahu, kehidupan memang tidak selalu dalam satu garis lurus Kini aku sedang menanti sebuah jawaban atas doa yang aku panjatkan ke Tuhan   Kutampikkan semua wujud kegundahan dalam fikiran Hasrat untuk ingin mendekap kembali tubuh itu Kerana renjana dari hati untuk kembali bertemu Aku akan menanti dirimu di ruang temu Untuk kembali lagi bersua dan bertanggung j...

Cerpen : Riak Berteriak

  Di tengah terik matahari, ia membuka sebuah catatan lusuh dengan sampul berwarna coklat. Sesekali ia mengusap peluh yang menetes dari sudut ubun-ubun. Di atas kursi kayu, ia bersimpuh ditemani dempuran ombak. Jari-jemarinya ditekuk dan bibirnya seakan berkomat-kamit mengucapkan angka-angka. Di sisi timur nampak dua sejoli sedang memadu kasih menikmati sejuknya semilir angin. Sedangkan di sisi barat, pria berbadan bongsor nampak asik menebar kail. Anak-anak berambut pirang mengorek pasir ditemani sendok plastik putih dan gelas air mineral bekas. Menggali pasir mencari hewan-hewan bercangkang seakan menemukan harta karun. Seorang lelaki hanya bisa mengernyitkan dahi saat seorang pria paruh baya menghampiri. “ Buat apa kamu buka buku lagi ?”, tanya laki-laki itu dengan suara lantang dan tangan kanan menenteng jaring. Pemuda berusia belasan tahun tamatan SMA itu hanya tersenyum kecut. Sembari terus membolak-balikkan lembaran tipis buku latihan soal matematika. Dia adalah Ba...

Majalah Edisi 51

Telah terbit majalah mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (LPM AQUA) edisi 51. Majalah ini disusun dengan  mengangkat isue perikanan dimasa pandemi Covid -19. Semoga penerbitan majalah ini memberikan gambaran dan pandangan terkait kondisi perikanan di Indonesia selama pandemi Covid -19 Selengkapnya : bit.ly/MajalahAQUA51  

Puisi : 2Ka - Mengarti Bisu

Andai tangan menggegam Erat terasa pasti Dalam alunan malam Entah mengapa sunyi terasa sakti Denting jam kian menjelas Dering harapan tak kunjung datang Sungguh nestapa tak berkelas Harus merasa sedih tanpa sesanding Adakah tempat bagi kami? Bisu ini menyayat Tuan Bagaimana cara kami untuk mengarti Mungkin sunyi jawaban darimu Meski penentangan melekat kejiwa kami Satu.. dua.. dan kesekian kali Usaha bersama harus bercoba lagi Lagi dan lagi.. Dan harap bukan sia-sia kembali Tuan, pahami kami! Oleh: Reny Tiarantika