Baru-baru ini tersiar
kabar mengejutkan, seorang pimpinan tinggi yang memiliki gelar yang tinggi pula
melakukan suatu tindakan rendahan. Terkait kasus penyuapan dan penangkapan di Bandara
beberapa waktu lalu membuktikan bahwa untuk menilai tingkat kehormatan
seseorang bukan gelar atau jabatan, melainkan sikap dan attitude. Berkacalah dari ‘Para Terhormat’ yang duduk dikursi
eksklusif. Mari bicara tentang beberapa kasus memalukan yang terjadi di negara
ini:
Kasus
Korupsi Pimpinan Daerah
Sebut saja kasus
Penerbitan Usaha Pertambang yang menggandeng nama pimpinan daerah. Dalam kasus
ini negara menggalami kerugian hingga Rp 5,8 triliun dan 711 ribu dollar AS.
Kasus
Korupsi Seorang Ketua Umum
Kasus korupsi E-KTP yang
menjadi perbincangan panas beberapa tahun yang lalu menyeret Ketua Umum sebuah
partai besar. Kasus ini menyumbangkan kerugian sebesar Rp 2,3 triliun untuk
negara.
Kasus
Korupsi Pejabat Tinggi
Bagaimana dengan kasus
korupsi proyek Hambalang yang bahkan menyeret banyak nama-nama penjabat tinggi
negara. Sebut saja Mantan Menpora, Sekertaris Kemenpora, Ketua Umum partai, dan
anggota DPR. Proyek yang menghabiskan dana sebesar Rp 1,2 triliun ini sangat
meresahkan tentunya.
Kasus
Penyuapan Ijin Ekspor
Kasus baru ini melibatkan
menteri negara. Tentunya dengan latar belakangan pendidikan yang sangat baik
dan memiliki reputasi yang tinggi pula. Kasus ini berawal dari pencabutan
peraturan ekspor benih lobster yang dikatakan akan memberikan keuntungan pada
nelayan dan masyarakat dalam negeri secara luas. Hanya saja dalam praktiknya
pengusaha yang memiliki ijin ekspor yang mendapatkan keuntungan. Sedangkan
masyarakat lain hanya mendapati sisa dari apa yang telah diambil. Hal tersebut
memberikan celah adanya praktik gelap pada proses perijinan ekspor.
Dari contoh kasus
tersebut bukankah seseorang dengan latar belakang yang hebat belum tentu
memiliki kehormatan yang tinggi pula. Jabatan hanya sebuah panggilan yang belum
tentu penyandang jabatan tersebut pantas menggunakannya. Mari kita lihat sosok
sederhana yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi tapi mau untuk
belajar lebih baik, mau menjadi sebuah figur yang baik untuk orang lain,
menjadikan dirinya dihormati tanpa perlu sebuah jabatan tercetak di kartu
namanya.
Bukan berarti pendidikan
tinggi itu tidak penting, pendidikan membuka cara pandang kita untuk berpikir
kedepan. Tapi jangan menjadikan hal tersebut menjadi sebuah trik licik untuk
mengelabuhi yang lainnya. Pendidikan tinggi yang dibarengi dengan perilaku
buruk tidak akan menjadikannya dipadang tinggi lagi. Sebaliknya, seseorang yang
belum beruntung mendapatkan pendidikan terbaik akan tetapi memiliki perilaku baik
dan pemikiran berkembang akan dipandang jauh lebih terhormat oleh orang lain.
Oleh : Silvia Devi Anggraini
Komentar
Posting Komentar