Langsung ke konten utama

RESENSI BUKU: BRIDA

BRIDA 


(Sumber: ebook.gramedia.com)

Judul            : Brida

Pengarang   : Paulo Coelho

Penerjemah : Olivia Gerungan

Penerbit       : PT Gramedia Pustaka Utama

ISBN            : 9789792299427

Tebal            : 232 Halaman

“Setiap orang memiliki takdir untuk dijalani”. Kalimat pertama yang menarik perhatian saya ketika melihat buku ini. Buku karya novelis Brazil yang hampir setiap karyanya selalu memadukan tentang cerita perjalanan dan fiksi. Kali ini, pada buku berjudul “Brida”, Paulo Coelho mengangkat kisah mengenai seorang perempuan muda yang memiliki banyak sekali pertanyaan dalam dirinya mengenai kehidupan yang ia jalani. Pertanyaan penting dalam hidup mengenai “apa yang kita cari dalam hidup ini?.” Adalah brida, wanita 21 tahun yang memiliki ketertarikan pada dunia sihir. Ia mencoba untuk mencari tau tentang kehidupan antara yang kasat mata dan yang tak kasat mata. Perjalanan yang dimulai dari berkunjungnya Brida pada Magus, seorang guru sihir yang biasa berada di hutan dan memiliki ilmu mengenai tradisi bulan. Disana Brida hanya diminta untuk menyaksikan semesta di hutan yang gelap semalaman. Karena rasa penasaran yang masih bergejolak, Brida kembali mencari guru yang akhirnya bertemu dengan Wicca, seorang guru tradisi matahari yang mengajarinya mengenai kartu tarrot. Wicca mengakatan pada brida untuk mencari pasangan jiwanya agar dapat melengkapi perjalanannya di dunia. brida sendiri sudah memiliki kekasih bernama Lorens. Mulai ada keraguan mengenai benar tidaknya Lorens sebagai pasangan jiwanya. Perjalanan Brida akhirnya tidak hanya sebatas mencari tau tentang sihir. Namun, lebih dari itu ia mencari pasangan jiwa yang sudah Tuhan takdirkan untuknya. Setelah semua yang Brida lewati, akhirnya Brida mengetahui bahwa Magus merupakan pasangan jiwa yang ia cari selama ini. Namun, di sisi lain Brida sudah memiliki Lorens yang telah menemani perjalanannya dalam mencari jawaban atas pertanyaan hidupnya. Pada akhirnya, Lorens tetap menjadi pilihan Brida untuk melanjutkan hidupnya sebagai seorang penyihir di dunia. 


  • Kekurangan :

Menurut saya, alur cerita dalam buku ini terlalu datar dan tidak ada klimaks yang menegangkan disetiap sudut ceritanya. Ada pemain dalam novel ini yang tiba-tiba muncul diakhir cerita. Buku bacaan yang sedikit sulit untuk dipahami karena termasuk tulisan yang berat milik Paulo Coelho


  • Kelebihan :

Buku ini memiliki keunikan pada segi hal yang dibicarakan seperti sihir dan pasangan jiwa. (sa)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN JEJAK DI UJUNG SENJA - YAHYA AHMAD KURNIAWAN

  Jejak di Ujung Senja  karya: Yahya Ahmad Kurniawan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap sore, saat matahari mulai merunduk di balik bukit, Arif selalu berjalan ke tepi danau yang tenang. Danau itu adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia bisa merenung dan melupakan segala beban hidup.  Suatu hari, saat Arif duduk di tepi danau, ia melihat seorang gadis asing yang sedang menggambar. Rambutnya panjang dan berkilau seperti sinar matahari, dan senyumnya mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya. Arif merasa tertarik dan mendekatinya.  “Nama saya Arif,” katanya dengan suara pelan.  Gadis itu menoleh dan tersenyum. “Saya Lila. Saya baru pindah ke desa ini.”  Mereka pun mulai berbincang. Lila bercerita tentang kota asalnya yang ramai, sementara Arif menceritakan keindahan desa danau yang mereka tempati. Sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab. Setiap sore, mereka bertemu di tepi ...

RESENSI BUKU: PERTEMUAN DUA HATI

PERTEMUAN DUA HATI (Sumber: bukabuku.com) A.                Identitas Buku a)                  Judul Buku                  : Pertemuan Dua Hati b)                  Pengarang                   : Nh. Dini c)                   Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama Jakarta d)                  Tahun Terbit  ...

CERPEN: BUNGA YANG TERINJAK

  Bunga yang Terinjak (karya: Najla Kamiliya Gunawan ) (sumber: pinterest) Jam berdetak dengan keras mengikuti irama jantung. Dalam lorong yang gelap, beberapa wanita duduk dengan penuh ketegangan. Mereka duduk berjejer di lorong, tatapan yang penuh kecemasan saling bertaut dalam keheningan yang mencekam. Udara terasa beku, seolah lorong itu menjadi panggung bagi pertunjukan ketidakpastian. Setiap napas terasa berat, seakan-akan mereka menanti waktu yang akan mengguncang fondasi kehidupan mereka.  Dahinya basah berkeringat meskipun udara malam dingin menusuk panca indra. Dengan susah payah, ia kembali menelan salivanya. Bola matanya bergetar memancarkan ketakutan tatkala memandang kejadian mengerikan itu dari balik tirai, hatinya berdebar-debar di tengah ketakutan. Kegelapan malam menyaksikan bayangan-bayangan kekerasan, dan ia merasa terjebak dalam dunia gelap yang tak bisa diubah. Ia sontak menundukkan pandangannya, membiarkan rambutnya menutupi wajahnya, karena tak...