LPM AQUA- Perjalanan panjang telah dilalui hingga
meraih kesuksesan yang sekarang, seolah membuktikan pepatah hasil tak akan
pernah menghianati proses. Dialah Ir. Purnomo, salah satu alumnus Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Dibesarkan dari keluarga
yang sederhana, semangat dan integritas kerja menjadi prinsip hidupnya. Tak
bisa diam, itulah kesan pertama yang kami tangkap ketika berkunjung ke rumah
singgah beliau di Gresik.
Sedikit bercerita selama di bangku kuliah, beliau
aktif berorganisasi dengan tidak meninggalkan tuntutan akademiknya, tamparan
halus bagi mahasiswa sekarang yang selalu berada di salah satu sisi saja. Gelar
mahasiswa berprestasi (Mawapres) pernah berada digenggamannya.
Setelah mendapatkan gelar Sarjana, tepatnya pada
tahun 1988, Ir. Purnomo sempat ditawari merintis karir menjadi dosen, beliau
malah menolaknya dan memutuskan untuk mulai bekerja sebagai karyawan di salah
satu Usaha Dagang (UD) Budijaya yang bergerak di bidang importir pakan udang.
Selang 1 tahun, beliau bergabung dengan perusahaan pakan ikan dan udang CP.
Prima. Selama 15 tahun bekerja di CP. Prima, banyak pengalaman yang diperoleh mulai
dari salesman, technical servis, sampai general marketing divisi aquaculture sudah
di laluinya. Tahun 2004, Ir. Purnomo bergabung di salah satu perusahaan
nasional PT. Matahari Sakti. Menjabat sebagai General Manager, yang merupakan
posisi terbilang mapan pernah berada di tangannya. Tapi tak disangka, 12 tahun mengabdi di PT. Matahari Sakti, tepat
pada 1 Maret 2016 Purnomo memutuskan untuk berhenti menjadi “karyawan” dan
mulai untuk berwirausaha. Tak ada rasa penyesalan meskipun melepas posisinya
yang sudah mapan. “Semua sudah digariskan oleh Allah SWT, tinggal kita mau
berusaha atau tidak”, itulah satu keyakinan yang selalu beliau amini.
Dunia wirausaha sudah digeluti mulai tahun 2004
dengan memulai bisnis minimarket dan tambak yang dikelola bersama partnernya.
Lahan kosong area rumahnya di Gresik pun disulap menjadi lahan budidaya. Awalnya
yang dilakukan adalah budidaya ikan lele yang di anggap lebih mudah dan gampang.
Selama membudidayakan lele, secara budidaya dapat dikatakan berhasil, namun setelah
panen, memasarkannya cukup sulit. “Permintaan pasar di daerah ini condong
kearah ikan nila dan bandeng, jadi kita kesulitan mencari pasar tersendiri
untuk lele” ujar beliau saat kru LPM AQUA mewawancarainya. Selain itu kendala
di budidaya lele adalah pembuangan limbah. Limbah lele yang berbau menyengat
sempat diprotes warga.
Bukan Ir. Purnomo namanya kalau tidak menemukan
solusi atas masalah tersebut. Kolam terpal bundar yang awalnya berisi lele, diubahnya
untuk melakukan uji coba budidaya vannamei. Berangkat dari penelitian istrinya
yang menemukan fakta bahwa udang windu bisa
hidup di air tawar dengan
melakukan adaptasi penurunan salinitas secara bertahap, Ir. Purnomo memiliki
keyakinan kuat bahwa vannamei pun bisa
dibudidayakan di air tawar. Untuk mengatasi permasalahan air asin pada
tahap penurunan salinitas, air laut dipasok dari pelabuhan Gresik. Sudah 3 siklus
berjalan dengan beberapa permasalahan seperti
FCR yang membengkak, akhirnya kini membuahkan hasil yang baik. “Sudah
ketemu polanya, tinggal melakukan penambahan kolam untuk menutup definisit”
ujar Ir. Purnomo dengan semangat.
Ir.Purnomo berharap dengan adanya budidaya vannamei
air tawar skala rumah tangga ini bisa membantu mengangkat perekonomian
masyarakat menengah kebawah, karena modal yang dibutuhkan tidak banyak, jauh dibawah
modal untuk skala tambak.
Boleh minta kontak / alamat Ir. Purnomo kak?
BalasHapussy alumni perikanan, kebetulan rumah sy di Gresik