Satu lagi mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya berlaga diajang Internasional, Abdul Razak atau yang akrab dipanggil Zaki ini, berhasil terpilih menjadi delegasi Indonesia di Internasional Student Week in Ilmenau (ISWI) yang dilaksanakan pada tanggal 12 sampai 21 Mei 2017 silam. ISWI sendiri merupakan ajang pertukaran pelajar terbesar di Jerman, yang menjadi wadah bagi pelajar dari berbagai Negara untuk saling bertukar budaya, pengetahuan, dan global issue serta masalah-masalah dunia. Terdapat empat perwakilan dari Universitas Brawijaya yang ketiganya berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), dan Zaki adalah satu-satunya delegasi UB dari FPIK. Bukan hal yang mudah untuk dapat lolos menjadi salah satu perwakilan Indonesia pada ISWI, ada beberapa rangkaian seleksi ketat mulai dari registasi online, pembuatan essay wajib, dan beberapa seleksi lainnya. Hingga akhirnya Zaki berhasil mengalahkan 3000 pendaftar lainnya dan termasuk dalam 400 pendaftar yang lolos untuk mengikuti ISWI yang terdiri dari 80 negara yang berbeda.
Awal mulanya pendaftaran dimulai pada bulan November, setelah itu pada akhir Januari Zaki menerima invitation latter, dan mulai melakukan persiapan keberangkatan bersama 24 delegasi Indonesia lainnya pada bulan Febuari sampai bulan Mei. Menjadi seorang yang terpilih mewakili Indonesia diajang bergengsi Internasional, mahasiswa program studi Ilmu Kelautan angkatan 2013 ini mengaku bangga, dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Bagaimana tidak, perwakilan-perwakilan lainnya akan melihat cerminan bangsa Indonesia dari sikap dan kepribadiaan dirinya juga teman-teman delegasi Indonesia lainnya.
“Waktu kenalan dan ditanya dari mana asal saya, lalu saya bilang Indonesia. Pastinya saya merasa bangga, tapi selama disana kita juga harus menjaga sikap kita karena dimana kita berasal itu akan menjadi suatu cerminan bangsa kita” ujar Zaki.
Selain bangga Indonesia, Zaki juga merasa bangga akan Universitas Brawijaya. Dengan keterlibatannya dalam ISWI secara tidak langsung Zaki membuktikan bahwa Universitas Brawijaya, utamnya FPIK mampu bersaing dengan universitas-universitas lainnya di Indonesia dan di dunia.
Banyak pelajaran berharga yang Zaki dapatkan dari ISWI, mulai dari pertukaran budaya, sampai pengenalan makanan manca Negara. Peserta dari tiap Negara membuka stand yang memamerkan tentang budaya, makanan khas,dan juga perform akan keunikan dari Negara masing-masing. Teman-teman dari Indonesia memilih untuk menampilkan tarian poco-poco pada performent ini. Mengapa poco-poco? Zaki mengaku memilih poco-poco, karena tarian ini selain mudah, asyik, dan menjadi ciri khas Indonesia banget. Teman-teman delegasi dari Negara lain juga antusias ketika diajak oleh teman-teman perwakilan Indonesia flash mob tarian poco-poco.
Selain bertukar budaya dan perform masing-masing Negara, terdapat juga workshop-workshop yang membahas tentang issu dan masalah dunia. Para peserta ISWI dibagi dalam beberapa kelompok, dan delegasi FPIK yang memiliki hobby treveling ini masuk dalam kelompok dengan topik pembahasan “Sustainable Tourism”. Workshop ini membahas tentang macam-macam tempat wisata di dunia, Kendala-kendala dan hal-hal yang terkait dengan kegiatan touristic. Dalam kegiatan ini Zaki juga mengenalkan tentang kegiatan tourism dan konservasi di Indonesia yang selaras dengan tema skripsinya, "Monitoring dinamika pergerakan Pari Manta (Manta alfredi) di Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat Papua Barat".
ISWI memang berlangsung sangat singkat, hanya 10 hari acara ini diselenggarakan, dan bagi Zaki waktu 10 hari tidaklah cukup baginya untuk benar-benar mengenal satu persatu delegasi dari 80 negara lainnya. Tetapi Zaki merasa cukup mengenal teman-teman yang kebetulan satu kelompok dengannya. Zaki sendiri tertarik pada budaya yang diperkenalkan oleh teman-teman dari Afrika. Pencetus hastag #ZakiTravels ini mengaku baru mengetahui kalau ternyata Afrika juga memiliki beragam bahasa daerah, layaknya Indonesia.
Harapan Zaki karena berhasil terpilih menjadi salah satu wakil Indonesia dalam ISWI adalah, menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat memotivasi teman-teman FPIK lainnya bahwa Jangan pernah merasa malu dan merasa terkesampingkan karena kami dari FPIK, tapi tunjukan bahwa sebenarnya kita mampu walaupun hari-hari kita penuh dengan laporan. (Mzi)
Awal mulanya pendaftaran dimulai pada bulan November, setelah itu pada akhir Januari Zaki menerima invitation latter, dan mulai melakukan persiapan keberangkatan bersama 24 delegasi Indonesia lainnya pada bulan Febuari sampai bulan Mei. Menjadi seorang yang terpilih mewakili Indonesia diajang bergengsi Internasional, mahasiswa program studi Ilmu Kelautan angkatan 2013 ini mengaku bangga, dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Bagaimana tidak, perwakilan-perwakilan lainnya akan melihat cerminan bangsa Indonesia dari sikap dan kepribadiaan dirinya juga teman-teman delegasi Indonesia lainnya.
“Waktu kenalan dan ditanya dari mana asal saya, lalu saya bilang Indonesia. Pastinya saya merasa bangga, tapi selama disana kita juga harus menjaga sikap kita karena dimana kita berasal itu akan menjadi suatu cerminan bangsa kita” ujar Zaki.
Selain bangga Indonesia, Zaki juga merasa bangga akan Universitas Brawijaya. Dengan keterlibatannya dalam ISWI secara tidak langsung Zaki membuktikan bahwa Universitas Brawijaya, utamnya FPIK mampu bersaing dengan universitas-universitas lainnya di Indonesia dan di dunia.
Banyak pelajaran berharga yang Zaki dapatkan dari ISWI, mulai dari pertukaran budaya, sampai pengenalan makanan manca Negara. Peserta dari tiap Negara membuka stand yang memamerkan tentang budaya, makanan khas,dan juga perform akan keunikan dari Negara masing-masing. Teman-teman dari Indonesia memilih untuk menampilkan tarian poco-poco pada performent ini. Mengapa poco-poco? Zaki mengaku memilih poco-poco, karena tarian ini selain mudah, asyik, dan menjadi ciri khas Indonesia banget. Teman-teman delegasi dari Negara lain juga antusias ketika diajak oleh teman-teman perwakilan Indonesia flash mob tarian poco-poco.
Selain bertukar budaya dan perform masing-masing Negara, terdapat juga workshop-workshop yang membahas tentang issu dan masalah dunia. Para peserta ISWI dibagi dalam beberapa kelompok, dan delegasi FPIK yang memiliki hobby treveling ini masuk dalam kelompok dengan topik pembahasan “Sustainable Tourism”. Workshop ini membahas tentang macam-macam tempat wisata di dunia, Kendala-kendala dan hal-hal yang terkait dengan kegiatan touristic. Dalam kegiatan ini Zaki juga mengenalkan tentang kegiatan tourism dan konservasi di Indonesia yang selaras dengan tema skripsinya, "Monitoring dinamika pergerakan Pari Manta (Manta alfredi) di Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat Papua Barat".
ISWI memang berlangsung sangat singkat, hanya 10 hari acara ini diselenggarakan, dan bagi Zaki waktu 10 hari tidaklah cukup baginya untuk benar-benar mengenal satu persatu delegasi dari 80 negara lainnya. Tetapi Zaki merasa cukup mengenal teman-teman yang kebetulan satu kelompok dengannya. Zaki sendiri tertarik pada budaya yang diperkenalkan oleh teman-teman dari Afrika. Pencetus hastag #ZakiTravels ini mengaku baru mengetahui kalau ternyata Afrika juga memiliki beragam bahasa daerah, layaknya Indonesia.
Harapan Zaki karena berhasil terpilih menjadi salah satu wakil Indonesia dalam ISWI adalah, menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat memotivasi teman-teman FPIK lainnya bahwa Jangan pernah merasa malu dan merasa terkesampingkan karena kami dari FPIK, tapi tunjukan bahwa sebenarnya kita mampu walaupun hari-hari kita penuh dengan laporan. (Mzi)
Komentar
Posting Komentar