DI TENGAH SAMUDRA BIRU
Cuaca adalah suatu bentuk kejutan dalam perjalanan. Malam ini, bintang-bintang hanya memunculkan sedikit dirinya, dan lautannya benar-benar gelap. Tiba-tiba, seketika senja sirna. Malam menjadi menakutkan bagiku, entah apa yang ada di dalam lautan ini. "Apakah monster laut itu benar-benar ada?" tanyaku selalu. Coba kau munculkan dirimu sekarang!
Hujan datang malam itu, aku yang sesak hanya duduk di kasur kapal, menatapi anak kecil yang berlarian di sepanjang lorong kapal. Akhirnya, aku memutuskan untuk keluar menuju bagian luar kapal. Sesampai diluar, kulihat hanya ada seorang anak laki-laki disana. Ia memandangku, kami bertatapan mata cukup lama. Kulitnya berwarna coklat, rambutnya terurai kedepan dengan poni. Memakai celana batik gombrang terlihat seperti motif Betawi, memakai hoodie berwarna hijau dan headphone berwarna cream. Aku yakin ia sangat manis jika tersenyum. Aku ingin mengajaknya bicara, menanyakan lagu apa yang sedang ia dengarkan, dari mana asalnya, berapa umurnya. Jarak kami berdiri tidaklah jauh, hanya sekitar satu meter. Aku hening, begitupun dia. Hujan mungkin bosan akan keheningan kami, lantas turun semakin deras sampai airnya mengenai diriku. Dua jam hanya menatapi hujan ditemani olehnya, tanpa berbicara sepatah kata pun. Akhirnya, aku memutuskan untuk masuk ke dalam kapal, karena bajuku semakin basah. Aku meninggalkannya disana tanpa berkata apa-apa. Sepuluh menit kemudian, dia melintasi tempat dudukku. Dia melihat ke arahku, dan tersenyum tipis. Hatiku berdebar, aku tidak bisa tidur malam itu.
(Keesokan harinya) Hari ini kapal akan bersandar, telah sampai ketujuan akhir. Aku berharap akan bertemu dengannya lagi, tapi setelah kucari-cari, dia tidak ada. Dan sampai di pintu hendak turun dari kapal, aku melihatnya. Ya benar, itu dia. Aku mengenali kulit coklatnya, dia masih memakai hoodie yang kemarin malam kami bertemu. Lagi-lagi kami bertatapan, aku tersenyum sebagai ucapan sampai jumpa, dan dia juga membalas senyumku sambil menganggukkan kepala. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, tapi aku belum puas menatapnya. Aku belum sempat mengajaknya bicara dan tidak mempunyai keberanian untuk itu. Kunamai dirinya si Coklat, tanpa ada interaksi, diri ini jatuh hati.
Komentar
Posting Komentar